KOMPAS.com - Peribahasa tua-tua keladi, makin tua makin menjadi memang sangat pantas disematkan pada sosok Harrison Ford.
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Ford masih tetap memberikan performa terbaiknya untuk industri perfilman Hollywood.
15 tahun setelah film Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, Ford kembali tampil di film kelima waralaba milik Lucasfim tersebut.
Baca juga: 4 Fakta Menarik Indiana Jones and the Dial of Destiny, Segera di Bioskop
Rambut beruban, kulit keriput, serta refleks yang mulai melambat nyatanya tak membuat penonton kecewa dengan aksi Ford di film Indiana Jones and the Dial of Destiny.
Tampil dengan seragam khas dan topi Fedora serta cambuknya, Indy tetap menjadi arkeolog favorit penonton yang selalu melewati petualangan seru tak terlupakan.
Indiana Jones and the Dial of Destiny bercerita tentang masa muda Indy dan Basil Shaw (Toby Jones) yang menemukan jam karya Archimedes bernama Antikythera.
Jam tersebut terbilang unik karena terbagi menjadi dua bagian.
Salah satu jam akhirnya dicuri Indy dari kereta perampasan barang milik Nazi.
Sementara bagian satunya terkubur di lautan Grafikos.
Baca juga: Sinopsis Indiana Jones and The Dial of Destiny, Segera Tayang 2023
Beberapa puluh tahun setelah kejadian tersebut, Indy menjalani kehidupan membosankan sebagai seorang dosen arekologi di sebuah kampus.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Review Film Indiana Jones and the Dial of Destiny - Kompas.com - KOMPAS.com"
Posting Komentar