WASHINGTON DC, KOMPAS.com -- Profesi effects artist atau seniman penggarap efek dalam film di AS masih jarang ditekuni oleh perempuan.
Yorie Kumalasari dari Surabaya merupakan salah satunya. Ia dipercaya untuk menjadi effects artist di studio bergengsi DreamWorks Animation di California.
Studio DreamWorks Animation di Glendale, tak jauh dari Los Angeles, California, terkenal dengan produksi film-film animasi yang selalu meledak pada box office Amerika, antara lain Kung Fu Panda, How to Train Your Dragon, The Boss Baby, dan Trolls.
Yorie merupakan salah satu anggota tim sukses DreamWorks Animation, yang dipercaya untuk menjadi effects artist sejak Februari 2018.
Baca juga: Disney Animation Studios Mengunci Desainer Animasi dari Indonesia
"Sekarang lagi ngerjain (film) How to Train Your Dragon yang ketiga," ujar Yorie ketika dihubungi oleh VOA Indonesia baru-baru ini.
Suami Yorie pun berprofesi sebagai animator Walt Disney Animation Studio dan terlibat pula dalam penggarapan dua film pertama dan film kedua How to Train Your Dragon.
"Jadi kayak family legacy sekarang," kata Yorie lalu tertawa.
"Dia mengerjakan yang pertama dan kedua, saya yang menyelesaikan," tambahnya.
Film How to Train Your Dragon: the Hidden World atau yang ketiga dijadwalkan akan dirilis Februari 2019.
Dari Surabaya ke AS
Berprofesi sebagai effects artist, Yorie Kumalasari bertugas "menghidupkan" gambar-gambar dalam film. Contohnya, air, ledakan, api, asap, dan debu.
"Saya ambil master di New York University, major-nya Digital Imaging and Design. Di situ saya belajar 3D dan saya kira effects itu yang paling keren gitu di bagian 3D. Jadi, saya belajar untuk effects and akhirnya saya sekarang sudah mengerjakan banyak film di US (United States)," papar Yorie, yang lulus S1 Jurusan Sistem Informasi dari Universitas Surabaya.
Hingga kini, Yorie sudah terlibat dalam penggarapan film-film Hollywood terkenal, antara lain, Power Rangers, The Fate of The Furious, dan Hotel Artemis.
Bisa melihat namanya terpampang di bagian akhir film tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Yorie dan juga orangtuanya.
"Senang ya, karena saya itu waktu di Indonesia sering melihat film-film Hollywood. Papa (dan) Mama saya juga suka nonton bioskop. Jadi sekarang kalau lihat nama saya di credit kan jadi senang banget," cerita perempuan kelahiran Riau pada 1981 ini.
Baca juga: Jalan Mulus Animator asal Indonesia, Renald Taurusdi, Menuju Avengers: Infinity War
Sebelum bekerja di DreamWorks Animation, Yorie Kumalasari juga pernah bekerja di perusahaan The Mill di New York dan Los Angeles, di mana ia mengerjakan produksi banyak iklan untuk televisi.
"Setelah itu saya mulai freelance di beberapa company dan di situ juga saya mengerjakan commercial, kadang film. Terus kemarin juga sempat kerja di Disney Animation, mengerjakan (film) Moana," tutur Yorie.
Baca juga: Animator Rini Sugianto Ikut Garap Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows
Perjalanan kariernya ia lalui dengan proses pembelajaran. Waktu kali pertama terjun ke dunia animasi, ia memulai profesinya sebagai seorang generalist.
"Generalist itu maksudnya saya kerjanya mulai dari animator, saya juga buat modeling, rigging, jadi semuanya, kecuali effects," tuturnya pula.
Dalam dunia digital, modeling adalah pembuatan model sebuah obyek dalam bentuk 3D di komputer, sedangkan rigging adalah pembuatan struktur tulang pada obyek.
Sedikit perempuan
Profesi Yorie Kumalasari sebagai effects artist menantang dan masih jarang ditekuni oleh perempuan dalam industri animasi.
"Biasanya yang ngerjain laki-laki semua ya. Jadi lihatnya kalau cewek, 'Oh, pasti enggak bisa itu, soalnya terlalu teknis'," kata Yorie, yang sudah berdomisili di AS sejak 2005.
Terbukti, dalam proyek film How to Train Your Dragon: the Hidden World, yang sedang ia kerjakan, ada kira-kira 40 effects artist yang terlibat, tetapi hanya empat dari mereka yang perempuan, termasuk dirinya.
"Kemarin juga waktu untuk Moana itu, effects artist-nya ada 55 total. Ceweknya cuman lima orang," cerita perempuan yang pernah mengikuti kontes Miss Indonesia mewakili Riau pada 2005 ini.
Baca juga: Animator Indonesia di Balik The Hobbit
Walaupun masih sedikit perempuan yang menekuni dunia animasi, data Maret 2018 dari organisasi serikat pekerja di AS, The Animation Guild, yang mewakili para seniman animasi, penulis, dan pekerja teknik animasi sejak 1952, menunjukkan peningkatan persentase perempuan.
Kini jumlah perempuan mencapai kira-kira 25,6 persen dari 4.230 anggota yang terdaftar dan bekerja di wilayah Los Angeles. Angka itu naik 2,4 persen dari Oktober 2016.
Data dari The Animation Guild 2018 tersebut juga menunjukkan bahwa hanya ada kira-kira 70 karyawan perempuan dari 477 karyawan yang bekerja di DreamWorks Animation.
Menurut The Animation Guild, studio animasi yang paling banyak memiliki karyawan perempuan di Los Angeles saat ini adalah Wild Canary. Jumlah karyawan perempuan di studio itu 40,6 persen.
Studio tersebut memproduksi seri-seri televisi, antara lain Miles from Tomorrowland dan Puppy Dog Pals.
Studio Cartoon Network, dengan jumlah karyawan perempuan 39 persen, berada di urutan kedua.
Sebagai perempuan, Yorie Kumalasari berhasil membuktikan bahwa ia mampu bekerja dalam industri animasi, khususnya sebagai effects artist di AS.
"I proved to them that I could do it. So, even if I'm a girl, I can still do it," tegas Yorie.
Fokus di satu bidang
Untuk bisa berada di titiknya yang sekarang pun Yorie Kumalasari harus melalui perjalanan yang panjang.
Ia berpesan kepada teman-teman yang ingin mengikuti jejak kariernya agar tidak pernah berhenti belajar, karena dunia 3D akan selalu berkembang.
baca dong https://entertainment.kompas.com/read/2018/10/29/084506910/yorie-kumalasari-effects-artist-dari-surabaya-untuk-film-film
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Yorie Kumalasari, Effects Artist dari Surabaya untuk Film-film ..."
Posting Komentar