Kurang-lebih selama dua jam penonton disajikan adegan laga yang terjadi karena kejahatan sindikat di Asia Tenggara yang dikepalai oleh Ito (Joe Taslim). Seketika Ito menghilang dan muncul di Indonesia bersama seorang anak perempuan.
Dua kata kunci dari film yang disutradarai Timo Tjahjanto ini adalah 'bagaimana' dan 'mengapa', bagaimana Ito bisa menjadi jahat dan mengapa tiba-tiba ia menghilang. Dua pertanyaan yang sebenarnya sederhana dijawab perlahan sehingga membuat penasaran dan berpikir bagaimana akhir film ini. Akhirnya, cerita menjadi cukup rumit.
Rasa penasaran seolah dipupuk lewat adegan demi adegan, baik adegan laga atau adegan percakapan. Mulai dari perbincangan Ito dengan karakter yang belum diperkenalkan namun sudah terlihat akrab, sampai adegan perkelahian dengan karakter yang juga belum diperkenalkan sembari membicarakan masa lalu.
Seiring rasa penasaran yang memuncak, perlahan asal-usul Ito terungkap ketika Arian (Iko Uwais) muncul dalam cerita. Sampai akhirnya mau tak mau, Ito harus berhadapan dengan Arian yang sebenarnya sahabatnya sejak lama.
Ito [Joe Taslim] akhirnya harus berhadapan muka dengan Arian [Iko Uwais]. Foto: dok Netflix
|
Cerita semakin membuat penasaran dan seru ketika 'The Night Comes For Us' dituturkan dengan alur maju-mundur. Bukan hanya satu kali, tetapi beberapa kali. Kemungkinan besar cerita keseluruhan tidak akan bisa dipahami bila ketinggalan satu adegan.
Timo seakan tak memberi napas penonton dengan menyajikan banyak kekerasan. Dari awal sampai akhir, film dipadati adegan baku-hantam jarak dekat, baik dengan tangan kosong maupun dengan senjata.
Kualitas koreografi baku-pukul yang dibuat oleh Iko dan timnya tidak diragukan lagi. Adegan tersebut sangat menarik dan tidak membosankan. Terlebih adegan perkelahian sangat sadis, darah dan usus terburai adalah pemandangan biasa dalam film ini.
Adegan-adegan kekerasan semakin menarik ketika dipercantik dengan efek visual, seperti adegan gigi patah yang mental ketika dipukul. Memang tampak bahwa itu efek visual, tapi masih nyaman dilihat sehingga tidak mengganggu mata.
Kekurangan dari adegan kekerasan adalah ketika satu orang berhadapan dengan banyak orang. Orang yang banyak itu seperti saling tunggu kapan harus menyerang lawan yang sendirian ketika pengambilan gambar diambil dari sudut yang berbeda, seperti pada adegan Ito berhadapan dengan puluhan orang.
Selain itu, ada satu adegan yang tidak continuity. Tepatnya ketika perut Ito diperban karena luka. Perban itu hilang saat pengambilan gambar dari sudut yang berbeda, namun terlihat lagi ketika kamera kembali ke sudut seperti sebelumnya.
Namun segala kekurangan terlupakan ketika 'The Night Comes For Us' selesai. Cerita yang cukup rumit dan adegan laga yang padat berhasil menutupi sedikit kekurangan.
'The Night Comes For Us' layak tonton dan mendapat tepuk tangan. Film ini rilis mulai Jumat (19/10) yang dapat ditonton melalui layanan film streaming Netflix.
[Gambas:Youtube] (adp/rea)
baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20181020125907-220-340029/ulasan-film-the-night-comes-for-usBagikan Berita Ini
0 Response to "Ulasan Film: 'The Night Comes For Us'"
Posting Komentar