Karya terbaru dari sutradara Kamila Andini itu memenangi penghargaan kategori Generation Kplus International Jury di Festival Film Internasional Berlin alias Berlinale 2018. Tiga juri dewasa memilihnya mendapatkan Grand Prix, atau penghargaan tertinggi.
Kantor berita Antara melaporkan, The Seen and Unseen menjadi film panjang Indonesia pertama yang mendapat gelar film terbaik di festival itu. Apalagi ini merupakan pertama kali Indonesia kembali ikut serta di ajang itu setelah absen sejak 2015 lalu.
Kamila mengaku tidak membayangkan sebelumnya filmnya memenangi Berlinale ke-68. Ia bahkan tidak menyiapkan apa pun, termasuk busana untuk menyambut penghargaan bergengsi itu.
"Saya bahagia saja bisa memberikan sesuatu untuk Indonesia. Semoga dengan kemenangan ini bisa menjadi pemantik bagi insan perfilman di Tanah Air, bahwa tidak ada yang tidak mungkin dan [semoga] semakin semangat dalam berkarya," ujarnya, dikutip Antara.
The Seen and Unseen merupakan film berbahasa Bali yang diperankan seniman-seniman setempat, termasuk Ayu Laksmi yang terkenal dengan perannya sebagai Ibu di Pengabdi Setan.
Film itu menceritakan tentang hubungan kakak dan adik kembar, Tantra dan Tatri yang begitu akrab. Mereka sering bermain dan menari bersama. Namun suatu saat, mereka harus 'terpisah' karena Tantra jatuh sakit sampai tubuhnya tak bisa bergerak. Saat itulah kejadian aneh datang.
Kedekatan mereka membuat kejadian spiritual muncul dan dirasakan keduanya. Pengalaman tersebut pun ditampilkan dengan budaya serta musik Bali yang kental.
Kekuatan seni peran, tari dan vokal menjadi pusat perhatian dalam film tersebut.
Ini bukan prestasi pertama bagi The Seen and Unseen.
Film itu sudah pernah tayang perdana di Toronto International Film Festival. Film itu juga memenangi berbagai penghargaan, termasuk Film Remaja Terbaik di Asia Pacific Screen Awards 2017, Film Terbaik Tokyo FILMeX 2017 dan Film Terbaik Jogja-Netpac Asian Film Festival.
Berlinale sendiri merupakan festival film yang cukup tua di Jerman, dan sudah diselenggarakan sejak 1951. Festival itu termasuk yang paling berpengaruh di dunia.
Tak kurang dari 400 film diputar di ajang itu. Indonesia mengirimkan filmnya hampir setiap tahun, namun absen sejak 2015. Saat itu, ada Lembusura dan Onomastika yang mewakili.
Kemenangan The Seen and Unseen menandakan kualitas film Indonesia semakin diakui global. Kamila menilai, industri perfilman Indonesia memang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Bahkan di luar negeri, di festival yang dibicarakan dari negara Asia Tenggara lain seperti Filipina dan Thailand, film Indonesia sudah mendapat perhatian dan menjadi pembicaraan," ujar Kamila. Di sisi lain, itu menjadi tantangan baru bagi dunia film. (Antara/rsa) baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180228163323-220-279455/film-indonesia-the-seen-and-unseen-berjaya-di-berlinale
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Film Indonesia 'The Seen and Unseen' Berjaya di Berlinale"
Posting Komentar