Komunitas Perkumpulan Betawi Kita selaku pemrotes mengatakan film yang menggunakan judul serupa yang dimainkan Benyamin pada 1973 tersebut "tidak serius dalam menggarap cerita".
"Namanya Benyamin Biang Kerok, pasti membayangkan bagaimana Benyamin membuat karakter Pengki, dengan kejahilan tapi tetap bikin merasa bahagia, tukang onar yang lucu dan jenaka," kata Fadjriah, perwakilan Perkumpulan Betawi Kita saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (9/3).
"Benyamin itu dulu mendobrak sistem yang tabu dan hasilnya pembaruan, konsepnya pembaruan. Dan spirit itu tidak tampak dalam film yang baru," lanjut Fadjriah.
Dalam pernyataan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Perkumpulan Betawi Kita menilai mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dibawa dalam film karya Hanung itu "tidak hadir pikiran di dalamnya."
"Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot, tetapi beda asal comot dengan kreativitas dibanding asal comot yang tanpa pikiran," tulis pernyataan tersebut.
Komunitas yang mengatasnamakan Betawi itu juga menilai Hanung banyak menjiplak banyak adegan ala Hollywood berlatar spionase seperti James Bond.
Pun, dengan kehadiran gambaran kehidupan malam seperti perjudian dan minuman keras juga dinilai tak sesuai dengan semangat Benyamin dan budaya Betawi.
Kehadiran sejumlah bintang film papan atas seperti Lidya Kandou, Omas, Meriam Bellina, hingga Rano Karno dinilai tak mampu memberikan nilai lebih pada film yang diproduksi oleh Falcon Pictures itu.
"Benar dengan film ini nama Benyamin menjadi naik dan dibicarakan lagi, tapi buat apa jika dinaikkan untuk dipermalukan. Buat apa jika dibicarakan untuk jadi bahan dikasihani nasibnya yang dilecehkan," tulis pernyataan tersebut.
Kritik juga diberikan kepada Falcon Pictures yang disebut mengabaikan pesan keluarga Benyamin untuk menghindari sejumlah hal seperti pusar, rokok, minuman keras muncul dalam film.
Pelanggaran ini dianggap membuat nilai dan budaya Betawi semakin hilang.
Komunitas itu pun menyeru kepada masyarakat Betawi untuk menunda menonton film tersebut, dan meminta kepada pihak keluarga Benyamin membatalkan pemakaian nama seniman tersebut di bagian kedua film yang tayang Desember mendatang.
"Betawi hanya tempelan, kayak cuma lagu Ondel-ondel dan terus munculin kerak telor. Terus Babe [Benyamin Sueb] enggak pernah mau ada rokok atau minuman bir di filmnya, itu pun sudah pesan keluarga. Keluarga kasih pakem, tapi semua dilanggar," kata Fadjriah.
Di sisi lain, putra sekaligus ketua Yayasan Benyamin Sueb, Beno Rachmat menyatakan bentuk kekecewaan atas film tersebut adalah hal yang wajar.
"Kalau saya pribadi wajar ada yang suka dan tidak suka. Itulah dinamika di dunia kita hidup," kata Beno saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat.
Sebelumnya ketika ditemui pada 26 Januari 2018 lalu saat momen ziarah ke makam Benyamin Sueb di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Benny Pandawa mengatakan pihak keluarga telah memberikan 'pakem' kepada Falcon Pictures atas film tersebut.
Benny yang juga anak bontot dari Benyamin Sueb dari istri pertama Noni itu menyebut rokok, minuman keras, dan SARA tidak direstui keluarga untuk masuk ke film.
Ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (9/3), Benny tak secara tegas mengakui kesalahan dari Falcon Pictures dan tim produksi, termasuk sutradara Hanung Bramantyo yang memimpin penggarapan tersebut.
"Inshaallah rumah produksi akan berbenah diri ke arah yang lebih baik dengan diskusi dan silaturahmi. Hanung akan belajar lebih lagi tentang karakter Babe yang konyol tapi cerdas, yang sering kita lihat dari peran-perannya. Begitu kata perwakilan rumah produksinya," ujar Benny.
Hingga berita ini diterbitkan, CNNIndonesia.com masih berusaha menghubungi pihak rumah produksi. (end)
baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180309154756-220-281763/komunitas-betawi-kritik-keras-film-benyamin-biang-kerokBagikan Berita Ini
0 Response to "Komunitas Betawi Kritik Keras Film 'Benyamin Biang Kerok'"
Posting Komentar