Search

Review Film: Badarawuhi di Desa Penari - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebelum masuk ke bioskop, saya cuma punya satu keinginan dalam menyaksikan Badarawuhi di Desa Penari. Dan itu tidak terjawab hingga saya keluar dari ruangan.

Saya merasa Badarawuhi di Desa Penari tidak cocok menyebut dirinya sebagai prekuel, bila hanya mengandalkan latar cerita yang terjadi beberapa dekade sebelum kejadian asli dalam KKN di Desa Penari (2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibanding "prekuel" yang faktanya cuma mengandalkan lini masa kejadian, Badarawuhi lebih layak disebut reboot dari KKN di Desa Penari. Sama seperti ketika Ghostbusters (1984) dibuat dalam versi karakter utama perempuan pada 2016.

Alasannya sederhana, saya tidak menemukan cerita baru yang esensial dari semesta KKN di Desa Penari dalam film ini. 

ADVERTISEMENT

Seiring durasi berjalan selama 122 menit, saya benar-benar merasakan harapan saya untuk bisa menemukan jawaban soal Badarawuhi terus menipis. Padahal saya cuma ingin mendengar cerita lebih dalam soal Badarawuhi yang meneror Bima cs. That's it.

Alih-alih mendapat yang saya inginkan, saya justru disajikan cerita berbelit-belit dan membosankan soal sekelompok anak muda yang ceroboh dan sok berani menantang Badarawuhi dengan alasan menolong orang tua.

Film Badarawuhi di Desa Penari (2024). (MD Pictures via YouTube)Review Film Badarawuhi di Desa Penari (2024): Dibanding "prekuel" yang faktanya cuma mengandalkan lini masa kejadian semata, Badarawuhi lebih layak disebut reboot dari KKN di Desa Penari. (MD Pictures via YouTube)

Pun ketika cerita berjalan hingga akhir, ada banyak kontradiktif antara narasi dengan alur cerita. Seperti soal kekuatan Badarawuhi memengaruhi manusia, atau siasat tidak masuk akal untuk mengelabui dedemit penguasa alas itu.

Selain itu, Lele Laila sebagai penulis skenario tampak terlalu enggan melakukan riset lebih terkait kebudayaan lokal selain daripada tarian asli Banyuwangi.

Padahal, ada banyak aspek folklor yang bisa disajikan sebagai materi kisah Badarawuhi dan asal usul Desa Penari, seperti mengapa letaknya di tengah alas penuh lelembut? Mengapa pemandiannya begitu jauh dari pemukiman?

Masih banyak "mengapa" yang bisa jadi cerita sangat menarik untuk disajikan, alih-alih memanjangkan durasi tarian tradisional yang sebenarnya sudah cukup ditampilkan dalam KKN di Desa Penari (2022).

Hal yang juga membuat saya merasa Badarawuhi adalah proyek buang-buang duit adalah karena pada dasarnya Lele merupakan penulis naskah KKN di Desa Penari (2022).

Sebagai penulis --dan yang mungkin juga sudah berinteraksi dengan SimpleMan selaku si empunya cerita-- mestinya Lele Laila sudah paham di bagian mana cerita bisa dikembangkan dengan lebih optimal.

Namun entah karena tuntutan bisnis atau yang lain, Lele terasa lebih memilih menyunting naskah KKN di Desa Penari, mengganti nama karakter dan latar belakangnya, menyisipkan unsur dekade '80-an, dan kisah ibu-anak yang --jujur saja-- out of date.

Hal itu belum termasuk dari kualitas akting para pemain film ini yang kelewat standar. Para aktor tampak tak diberikan kesempatan lewat naskahnya untuk mengeksplorasi karakter yang mereka pegang.

Film Badarawuhi di Desa Penari (2024). (MD Pictures via YouTube)Review Film Badarawuhi di Desa Penari (2024): Dua kali Aulia Sarah memerankan Badarawuhi, dua kali pula saya hanya merasa karakter itu cuma siluman ular yang gemar menari, manipulasi, menggoda perempuan remaja, diikuti banyak ular, dan bikin gagal panen. (MD Pictures via YouTube)

Dua kali Aulia Sarah memerankan Badarawuhi, dua kali pula saya hanya merasa karakter itu cuma siluman ular yang gemar menari, manipulasi, menggoda perempuan remaja, diikuti banyak ular, dan bikin gagal panen.

Tak ada aspek horor atau kekuatan lain yang muncul dari tangannya, padahal ia adalah penguasa alas penuh lelembut dan bisa memperbudak warga desa selama bergenerasi.

Kehampaan naskah Lele diperparah dari Kimo Stamboel yang tampak lebih fokus pada aspek teknis alih-alih rasa dari film ini.

Kimo sebagai sutradara sempat membuat saya kagum berkat Ivanna (2022) yang mengangkat waralaba Danur dari jurang kebosanan, tapi kini tampaknya ia lebih asik menikmati peralatan canggih yang disediakan untuk Badarawuhi.

Saya tak akan komplain soal kualitas gambar, sinematografi, teknik pengambilan gambar, hingga set produksi yang memang jauh lebih baik dibanding KKN di Desa Penari. Wajar, MD Pictures mestilah mendulang cuan luar biasa dari 10 juta penonton KKN.

Namun sebagai sutradara yang mengarahkan produksi dan alur cerita, keberadaan dan peran Kimo Stamboel tak saya rasakan ada dalam Badarawuhi.

Tak ada sentuhan artistik dari Kimo, bahkan seolah minim perbaikan naskah. Seolah-olah, naskah Lele dibuat plek-ketiplek langsung dieksekusi dengan kacamata kuda.

Hal ini juga yang membuat saya makin merasa Badarawuhi, dan mungkin berbagai film 'anakan' yang akan datang, memang dibuat cuma untuk mengeksploitasi semesta KKN di Desa Penari.

[Gambas:Video CNN]

Apalagi para penggemar juga tampaknya terima-terima saja dengan sajian model KKN di Desa Penari, tanpa ada tuntutan lebih yang menantang untuk studio serta para sineasnya. Maka dari itu, saya cuma bisa bilang, "ya sudahlah".

Meski begitu, saya tak bisa menutupi ikut merasa gelisah. Bukan cuma karena kualitas film ini yang bikin saya menggerutu sepanjang jalan, tetapi fakta film ini akan tayang di Amerika Serikat di bawah bendera Lionsgate.

Membayangkan Badarawuhi di Desa Penari "asal Indonesia" mungkin akan bersaing dengan film-film horor yang lebih menggigit dari Amerika Serikat atau bahkan dari negara Asia lain, perut saya serasa mulas.

Namun itulah bisnis. Akan selalu ada pasar untuk masing-masing film, apapun bentukannya.

[Gambas:Youtube]

(end)

Adblock test (Why?)

baca dong https://news.google.com/rss/articles/CBMiZWh0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vaGlidXJhbi8yMDI0MDQxNDAxMjU0OC0yMjAtMTA4NTk5MC9yZXZpZXctZmlsbS1iYWRhcmF3dWhpLWRpLWRlc2EtcGVuYXJp0gFpaHR0cHM6Ly93d3cuY25uaW5kb25lc2lhLmNvbS9oaWJ1cmFuLzIwMjQwNDE0MDEyNTQ4LTIyMC0xMDg1OTkwL3Jldmlldy1maWxtLWJhZGFyYXd1aGktZGktZGVzYS1wZW5hcmkvYW1w?oc=5

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Review Film: Badarawuhi di Desa Penari - CNN Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.