Search

Mahalnya Pajak Film Impor Picu Punahnya Bioskop di Majalengka - detikJabar

Majalengka -

Perbioskopan di Kabupaten Majalengka mulai punah sekitar tahun 2000an. Menghilangnya bioskop di 'Kota Angin' bukan tanpa sebab.

Munculnya Televisi (TV) dan DVD menjadi salah satu pemicu pengusaha bioskop di Majalengka gulung tikar. Kehadiran dua elektronik tersebut nampak memberikan pengaruh cukup besar terhadap minat warga menonton di bioskop.

"Kalau nggak salah akhir 90an muncul lah TV-TV swasta. Akhirnya penonton berkurang. Kemudian muncul DVD, akhirnya makin berkurang," kata penikmat sejarah sekaligus Ketua Gruop Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau akrab disapa Naro belum lama ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain TV dan DVD, kebijakan pemerintah menaikkan pajak film impor juga tampak membuat resah para pengusaha bioskop pada saat itu. Tak mau ambil risiko, pengusaha memilih memunculkan film-film dalam negeri.

"Kemudian ada kebijakan dari pemerintah untuk impor film barat itu dinaikkan pajaknya, akhirnya ya sudah yang banyak muncul film-film nasional. Karena faktor itu, akhirnya sekitar tahun 2000an awal, sudah pada tutup," ujar dia.

ADVERTISEMENT

"Yang paling berpengaruh tuh katanya film impor karena makin mahal. Udah mulai sepi yang nonton juga cuma 5 orang. Tapi itu juga disuruh pulang karena bayar listrik lebih mahal akhirnya dibalikin lagi uang tiketnya," tambahnya.

Seiring berjalannya waktu, Majalengka kini menjadi salah satu daerah di Jawa Barat yang tidak mempunyai bioskop. Kini, bangunan-bangunan bioskop yang menjadi kenangan warga Majalengka hanya tinggal cerita.

"Iya (perbioskopan Majalengka) jadi mati suri sampai sekarang. Bangunan-bangunannya juga banyak yang sudah dibongkar, tapi kalau bioskop yang masih ada dan saya pernah masuk itu di Istana Bintang. Itu masih ada layar, kursinya masih ada, salon (sound sistem), tulisan istana bintangnya juga masih ada," ucap Naro.

Naro mengatakan, dulu bioskop di Majalengka menjamur hampir setiap tempat ada. Bahkan ada juga bioskop yang sampai mempunyai cabang.

"Dulu memang bioskop di Majalengka banyak. Mungkin zaman dulu mah orang yang punya duit bikinnya bioskop gitu," ujarnya.

Sekedar diketahui, harga tiket nonton bioskop pada masa itu dibandrol mulai harga Rp100 rupiah hingga Rp1.000 rupiah. Harga Rp100 rupiah pada tahun 70an bisa membeli semangkuk Bakso.

"Dulu paling (mahal) bayar Rp1.000. Ada yang Rp250 perak, Rp500 perak. Kadang ada juga yang Rp100 perak, itu tuh bisa bawa 2 orang, sampai 3 orang. Akhirnya muncul istilah tustai (seratus ngantai)," katanya.

Naro berharap perbioskopan di Majalengka dihidupkan kembali. Pasalnya minat penonton terlihat sudah semakin banyak. Tak hanya itu, bioskop juga dinilai bakal bisa membantu menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Majalengka.

"Kalau misalnya dihidupkan kembali alangkah kita bayangkan itu bisa ramai lagi. Karena minat nonton warga Majalengka mulai banyak juga. Terus banyak yang menanyakan juga. Jadi sekarang mah pengen nonton bioskop tuh ya udah ke Cirebon," pungkasnya.

Simak Video "Cerita Kepanikan Warga Pangalengan Rasakan Gempa M 6,2 Garut"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)

Adblock test (Why?)

baca dong https://news.google.com/rss/articles/CBMicGh0dHBzOi8vd3d3LmRldGlrLmNvbS9qYWJhci9jaXJlYm9uLXJheWEvZC03MzE0NDQwL21haGFsbnlhLXBhamFrLWZpbG0taW1wb3ItcGljdS1wdW5haG55YS1iaW9za29wLWRpLW1hamFsZW5na2HSAXRodHRwczovL3d3dy5kZXRpay5jb20vamFiYXIvY2lyZWJvbi1yYXlhL2QtNzMxNDQ0MC9tYWhhbG55YS1wYWphay1maWxtLWltcG9yLXBpY3UtcHVuYWhueWEtYmlvc2tvcC1kaS1tYWphbGVuZ2thL2FtcA?oc=5

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mahalnya Pajak Film Impor Picu Punahnya Bioskop di Majalengka - detikJabar"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.