Dari sinilah perspektif kepercayaan penonton sangat dibutuhkan demi mencapai keberhasilan film yang bertujuan menimbulkan rasa percaya.
"Jadi membuat film tentang salah satu ajaran agama siksa kubur, orang harus percaya tapi dibuat lebih believeable, lagi itu challenge banget," ucap Joko dalam wawancara di Cipete, Jakarta Selatan.
Segala hal dilakukan dari tiap konsepnya agar film ini terkesan realis. Mulai dari visualnya yang desaturated, sound design yang realis, akting karakter yang organik, dan juga set yang melokal.
Dengan jalannya berbagai aspek tersebut, film ini seakan ingin mengevaluasi tingkat kepercayaan penonton. Bukan percaya karena sedang menonton film saja namun juga percaya dengan agama yang mereka peluk.
Joko Anwar sendiri memutuskan untuk memberi sedikit aspek interaktif di filmnya yang membuat penonton harus melakukan sesuatu di akhir filmnya agar ceritanya tetap berjalan.
"Ya, film Siksa Kubur ini interaktif di ending. Jadi kalau misalnya kita tidak melakukan sesuatu filmnya akan, susah ngomongnya tambah spoiler. Pokoknya harus kita harus terlibat di film ini," tegas Joko.
Melihat dari postingan Instagram pribadinya, Joko Anwar ngaku tampak tidak main-main dalam memunculkan aspek interaktif ini. Terlihat bahwa semua orang bereaksi berdzikir beramai-ramai saat film ini diputar.
Hal ini tentu mengejutkan dari pernyataan Joko Anwar sebelumnya mengenai konsep interaktif dalam filmnya. Tak berhenti hanya sebagai interaksi, Siksa Kubur juga menyajikan wahana sebagai refleksi bagi para penonton setelah menonton filmnya.
Ketakutan yang dibangun bukan hanya sekedar untuk meraih emosi ketakutan seperti pada film horor umumnya melainkan, film ini juga bertujuan untuk meraih ketakutan batin yang dialami penonton terhadap keimanan dan agamanya.
Pembaharuan ini seakan mendobrak dunia film di Indonesia, film ini membuktikan bahwa horor religi bisa tetap dibuat secara bagus tanpa harus mengeksploitasi agama.
Siksa Kubur seakan memberikan perspektif setiap manusia ketakutan, manusia harus sadar, bahwa ketakutan sebenarnya adalah disaat manusia tidak percaya agama dan tidak melaksanakan ibadah dari agama.
Film ini merefleksikan kepada para penonton yang sedang jauh dari agama, jauh dari Sang Pencipta untuk kembali beribadah dan berbuat baik kepada sesama manusia seperti yang diajarkan oleh agama.
Seperti yang dikatakan oleh sang sutradara, siksa neraka kita tidak ada yang tahu, bisa jadi tahun depan atau kapanpun. Tapi siksa kubur bisa terjadi besok ataupun hari ini juga. Pesan itu seakan mengajak kita untuk segera bertobat dan mulai mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Simak Video "Kata Penonton soal 'Siksa Kubur': Bukan Horor Konvensional-Bikin Ingat Salat"
[Gambas:Video 20detik]
(mg1/tia)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Konsep Interaktif Jadi Reflektif di Film Siksa Kubur - detikcom"
Posting Komentar