PAULA Modersohn-Becker adalah seorang pelukis perempuan pertama asal Jerman yang dikenal memiliki aliran ekspresionisme. Kisah hidupya membuat seorang sutradara film asal Jerman, Christian Schwochow, tertarik untuk membuat sebuah film tentang dirinya. Film itu kemudian diberi judul Paula.
Film Paula ini, seperti dikutip dari Screen Daily, secara blak-blakan menunjukkan kisah hidup Paula yang dimulai dengan kenyataan bahwa ia tidak boleh menjadi seorang pelukis. Paula diberitahu sebaiknya ia mencari pekerjaan tetap. Seperti menjadi seorang guru atau pengasuh. Ia bahkan diberi saran untuk lebih baik menikahi seorang lelaki yang mungkin mau mengizinkannya melukis di waktu senggang.
Seperti dikutip dari Deutsche Welle, film yang berlatar di Jerman Utara pada abad 19 dan 20 ini dibuka dengan memunculkan seorang perempuan bernama Paula. Ia berjalan mengenakan gaun berenda serta sebuah topi jerami di atas rambut keritingnya. Ia berjalan melintasi pemandangan yang indah di bawah sinar yang amat terang. Pemandangan ini layaknya sebuah lukisan yang penuh warna dan sangat mengesankan baginya.
Dalam film ini, Paula memulai karirnya dengan mendatangi sebuah desa seniman, yakni Worpswede. Desa tersebut terletak di Jerman Utara dekat dengan Bremen. Sepanjang perjalanannya, ia menemukan banyak sekali buruh harian, anak-anak miskin, dan petani perempuan yang menatap kosong pada perempuan yang datang ke kota itu. Ia kemudian berpikir, “Orang-orang ini akan kugambarkan dalam lukisanku nanti.”
Keputusan Paula untuk menjadi seorang pelukis tak mendapat dukungan dari ayahnya. Ayahnya menganggap bahwa ia tak memiliki bakat melukis. Namun, ia tetap melanjutkan mimpinya itu dengan mendaftar ke sebuah sekolah seni swasta. Ia kemudian bertemu untuk pertama kalinya dengan suaminya, Otto Modersohn.
Pertemuan Paula Modersohn-Becker dengan suaminya ini dipilih Schwochow untuk ditampilkan di film tersebut. Selain itu, film ini juga menggambarkan diskriminasi terhadap perempuan dalam dunia seni.
Menyuarakan ketidakadilan
Seperti ulasan yang diberikan Festival Film Locarno di laman Screen Daily, banyak sekali dialog yang menyuarakan ketidakadilan perempuan dalam film ini. Misalnya saja, "Perempuan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang kreatif – selain anak." Atau juga, “Bagi perempuan, menginginkan sesuatu itu sudah cukup.”
Ketidakadilan terhadap perempuan yang tersirat di balik dialog-dialog tersebut mengilhami Paula untuk membuktikan bahwa semua itu salah. Ia juga menentang pandangan yang merendahkan perempuan pada waktu itu.
Dalam film ini, Paula Modersohn-Becker diperankan dengan apik oleh aktris asal Swiss, Carla Juri. Aktris ini menggambarkan diri Paula sebagai wanita muda yang bebas dan penuh semangat. Menurut Schwochow, Carla cocok memerankan sosok Paula, karena sifatnya yang non-konformis dan memberontak, sama seperti Paula.
“Paula itu radikal, ia memperjuangkan hidupnya sebagai seorang wanita dan seniman tanpa menjadikan dirinya ideologis dan feminis,” kata sang sutradara. Schwochow juga menambahkan, “Paula itu bukan seniman yang dekoratif. Ia lebih penasaran dengan apa yang ada dalam jiwa manusia dan ia juga sangat menyukai ketidaksempurnaan.”
Menurut Majalah Variety, salah satu adegan paling disukai dari film ini adalah saat sang karakter utama mendapatkan pendidikan sensual dari seorang pelukis pria ternama di Paris, yakni George. Pertemuannya dengan pelukis ini juga menghasilkan sebuah lukisan dirinya sendiri tanpa busana yang menjadi salah satu lukisan paling terkenal dari Paula Modersohn-Becker. (Annisa Fauziah)***
baca dong http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2018/02/08/menyimak-kisah-hidup-paula-modersohn-becker-dari-film-paula-419132Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menyimak Kisah Hidup Paula Modersohn-Becker dari Film Paula"
Posting Komentar