Search

Ulasan Film: '22 Menit'

Jakarta, CNN Indonesia -- Butuh 22 menit bagi Polri untuk meringkus teroris saat Bom Sarinah alias Bom Thamrin terjadi di Jakarta, Januari 2016 lalu. Angka itu lantas dijadikan judul film terbaru Eugene Panji dan Myrna Paramita yang diangkat dari kisah nyata Bom Thamrin, 22 Menit.

Namun butuh lebih dari itu bagi penonton untuk jatuh cinta pada filmnya.

Panji dan Myrna membuat 22 Menit seperti Vantage Point. Bedanya, yang satu upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika, satu lagi pengeboman di jantung kota Jakarta. Namun cara menceritakannya mirip. Film diceritakan berulang dari sudut pandang berbeda-beda.


22 Menit memilih lima sudut pandang berbeda.

Ario Bayu menjadi anggota pasukan anti terorisme bernama Ardi, Ade Firman Hakim memainkan polisi lalu lintas bernama Firman, Ardina Rasti sebagai pelanggar lalu lintas bernama Dessy, Hana Malasan menjadi pengunjung kedai kopi bernama Mitha, dan Ence Bagus memerankan office boy bernama Anas. Kelimanya terkait dan ada di tempat yang sama saat bom terjadi.

Dengan alur maju mundur yang menarik, Panji dan Myrna menceritakan peristiwa Bom Thamrin secara nyaris utuh-tanpa sudut pandang pelaku atau terorisnya-dari tiap karakter.

Penyusunan adegan demi adegan terbilang cukup apik. Karakter diperkenalkan satu per satu sejak awal film. Sesekali penonton diajak kembali ke kejadian serupa, namun melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Ini teknik pengerjaan film yang cukup fresh di Indonesia.


Sayangnya, tidak semua karakter diperkenalkan secara rinci. Sutradara hanya fokus pada Ardi, Firman dan Anas. Karakter lain hanya terasa seperti pemanis layar lebar semata.

Itu pun membuat cerita yang disampaikan lewat sudut pandang berbagai karakter terasa nanggung. Dua karakter lain bahkan terlupakan begitu saja oleh penonton di akhir film.

Sutradara seakan terlalu menekankan film dari sudut pandang polisi, mengingat ada dua karakter lembaga berseragam cokelat itu yang ditampilkan. Belum lagi, film didominasi aksi Polri, mulai rapat di markas komando sampai aksi di lapangan melumpuhkan teroris.

[Gambas:Youtube]

Padahal Panji sempat dengan tegas menyatakan 22 Menit bukan film propaganda Polri, meski ia tak menampik bahwa dirinya mengagumi lembaga pimpinan Tito Karnavian itu. Polri dikisahkan seakan tak punya cacat. Slogan Polri 'Profesional Modern Terpercaya (Promoter)' pun diperlihatkan secara jelas dalam film, yang menambah kesan 22 Menit propaganda Polri.

Mungkin itu wajar karena Panji memang menggarap film itu terinspirasi dari kisah nyata. Ia menerangkan, 22 Menit terdiri atas sekitar 70 persen cerita nyata dan 30 persen fiksi. Namun jika karakter lebih dikembangkan, tak kebanyakan dari perspektif polisi, atau membuat petugas lebih humanis seperti Mark Wahlberg di Patriots Day, akan menarik.

Di sisi lain, ada beberapa logika cerita yang terasa kurang pas dalam film. Salah satunya ketika Ardi mengatakan akan pergi bersama tim untuk menangani masalah perampokan. Namun saat melewati kawasan Sarinah, terlihat jelas ia hanya sendiri di dalam mobil.


Hal serupa terjadi ketika Ardi memasuki gedung untuk memburu teroris. Ia satu-satunya yang tidak memakai helm dalam tim anti terorisme, seakan ia ingin menonjolkan wajahnya.

Padahal Panji sebelumnya menyebut ia dan Myrna sudah riset mendalam, terutama tentang terorisme dan penanganannya, bahkan dibantu polisi, sebelum menggarap naskah film.

Meski masih kurang soal logika cerita, 22 Menit bisa dinilai lebih terkait kualitas gambar CGI (Computer Graphic Image). Adegan ledakan dan api dalam 22 Menit terasa nyata, meski belum menyaingi CGI film-film Hollywood. Sayang, adegan itu kurang wide angle.


Panji dan tim juga terbilang 'niat' saat benar-benar 'meledakkan' simpang Sarinah.

22 Menit tayang di bioskop Indonesia mulai 19 Juli mendatang. Film garapan rumah produksi buttonijo ini bisa disakdikan di jaringan Cinema 21, CGV dan Cinemaxxx. (rsa)

Let's block ads! (Why?)

baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180718144416-220-315089/ulasan-film-22-menit

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ulasan Film: '22 Menit'"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.