Dalam penayangan perdananya di Indonesia pada Senin (17/7) lalu di Plaza Indonesia, Jakarta, film “Barbie” menghadirkan cerita segar dan menghibur untuk semua kalangan, tidak terkecuali untuk para pria dan orang dewasa. Sutradara Greta Gerwig berhasil meramu kisah Barbie dan menyuarakan hal-hal sensitif yang saat ini mulai banyak dibahas dalam bentuk film.
Film “Barbie” menceritakan tentang “Barbie Land,” yakni sebuah dunia imajinasi tempat Barbie dan para Barbie lainnya tinggal. Di dunia tersebut, para Barbie hidup dengan segala kesempurnaan tanpa cela sedikitpun bersama dengan para Ken dan Allan.
Suatu hari, Barbie (Margot Robbie) mengalami sebuah keanehan. Mulai dari bangun tidur, menyapa temannya, hingga cara berjalannya, Barbie tidak lagi melakukannya dengan cara “sempurna” dan mencoba berkonsultasi kepada salah satu Barbie yang dianggap aneh oleh warga “Barbie Land.”
Sebelumnya, Barbie aneh tersebut (Kathryn McKinnon) pernah menjadi Barbie tercantik di “Barbie Land.” Sayangnya, manusia pemilik yang memainkannya terlalu kasar dan mengubah penampilan Barbie tersebut menjadi terlalu eksentrik.
Barbie pun mendatangi rumah sang Barbie aneh dan disarankan pergi ke dunia nyata (dunia manusia) untuk menemukan manusia pemiliknya. Dengan sentuhan menarik, pergantian adegan saat Barbie bersama Ken (Ryan Gosling) yang tidak sengaja ikut dengannya ke dunia nyata tersebut membuatnya menjadi salah satu adegan yang unik.
Sesampainya di dunia nyata, Barbie dan Ken pun mencoba melacak keberadaan manusia pemilik dirinya melalui penglihatan memorinya. Di titik ini, akhirnya Barbie, untuk pertama kalinya dapat merasakan kesedihan, hingga membuatnya menangis, tetapi justru membuat dirinya lega.
Ia pun mencoba mendatangi manusia pemiliknya di sebuah sekolah untuk berbicara padanya. Namun, tidak disangka sambutan manusia pemiliknya yang sudah beranjak remaja tersebut membuat Barbie sedih karena tidak sesuai harapannya.
Di sisi lain, Ken yang baru pertama kali datang ke dunia nyata tersebut menemukan fakta bahwa laki-laki di dunia tersebut mendominasi hampir sebagian besar lini kehidupan. Hal yang paling membuatnya terkesan adalah saat melihat dua orang polisi setempat pergi berpatroli dengan menggunakan kuda. Benar, Anda tidak salah lihat, patroli dengan hewan kuda.
Ken akhirnya kembali sendirian ke “Barbie Land” tanpa Barbie, karena Barbie sedang ditahan oleh Mattel, perusahaan yang memproduksi Barbie dan pihak yang pertama kali menemukan perpindahan dimensi Barbie ke dunia nyata. Di saat itulah, dengan sekejap Ken berhasil mencuci otak para Barbie dan para Ken untuk melakukan hal yang sama dengan dunia nyata, yakni membuat laki-laki mendominasi “Barbie Land.”
Akankah Barbie berhasil keluar dari Mattel dan memperbaiki kondisi yang sedang kacau balau di “Barbie Land?” Atau justru sudah saatnya Ken menguasai “Barbie Land,” satu-satunya tempat kaum wanita dapat berkuasa?
Menjadi diri sendiri ala Barbie
Di film “Barbie,” kita diperlihatkan bagaimana Barbie, para Barbie, dan penghuni di dalamnya harus selalu tampil sempurna. Tidak boleh berjalan dengan kaki datar, tidak boleh memiliki selulit di kulit, tidak boleh tampil berbeda, dan stigma lainnya yang mengarah pada “ketidaksempurnaan.”
Ketika Barbie diperlihatkan mulai menunjukkan ketidaksempurnaan tersebut, dirinya dan para Barbie lain berteriak histeris dan menyebut ketidaksempurnaan tersebut adalah hal yang aneh. Mulai dari sini, perjalanan Barbie untuk menerima dirinya akan segera ditelusurinya.
Saat pergi ke dunia nyata, ia bertemu dengan manusia pemiliknya yang ternyata bukanlah seorang anak-anak ataupun remaja, tetapi seorang ibu. Seorang ibu bernama Gloria (America Ferrera) yang memiliki seorang anak bernama Sasha (Ariana Greenblatt).
Gloria merupakan seorang ibu sekaligus wanita karier yang tengah lelah dengan rutinitasnya. Ia pun mulai memainkan Barbie kembali dan bereksplorasi dengan menghubungkannya ke dalam suatu hal yang sedang dipikirkannya, seperti kecemasan dan menjadi Barbie yang biasa saja.
Ternyata, pemikiran Gloria berdampak pada Barbie di “Barbie Land.” Keanehan dan ketidaksempurnaan yang dialaminya tersebut berasal dari pemikiran Gloria terhadap dirinya sendiri. Gloria dan Barbie telah terhubung dalam waktu lama dan menjadi “satu jiwa” di antara keduanya.
Bersama-sama dengan Gloria dan Sasha, Barbie pun kembali ke “Barbie Land” untuk menemui teman-temannya. Dari Gloria, Barbie belajar untuk menjadi diri sendiri adalah hal terpenting dan jangan ragu untuk menunjukkannya kepada orang lain.
Ketidaksempurnaan yang tadinya dianggap buruk oleh Barbie, ternyata bukanlah hal yang perlu disesali. Menjadi wanita biasa saja itu keren, menjadi seorang ibu sekaligus wanita karier adalah luar biasa, dan menjadi diri sendiri merupakan anugerah bagi setiap orang.
Barbie, Gloria, Sasha, dan wanita hebat lainnya dalam film “Barbie” mengajarkan arti penting untuk selalu menerima diri sendiri apa adanya dan cintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mulai mencintai orang lain. Lakukan yang terbaik untuk diri sendiri, karena orang yang paling mencintai diri kita adalah diri kita sendiri.
Feminisme dan patriarki
Greta Gerwig dengan berani mengangkat isu yang selalu sensitif untuk dibahas, yakni isu feminisme dan budaya patriarki yang sudah jamak berakar di banyak negara seluruh dunia. Terbilang sensitif bukan tanpa sebab. Hal ini karena banyak kaum lelaki yang menganggap paham feminisme adalah sebuah penentangan terhadap mereka, meskipun masih banyak juga lelaki yang mendukung paham feminisme tersebut.
Alih-alih menampilkannya secara tersirat, Gerwig secara terang-terangan membahas isu tersebut dalam film “Barbie.” Di “Barbie Land,” semua Barbie dapat menjadi apapun, mulai dari presiden, pekerja konstruksi, dokter, perawat, dan lainnya.
Di sana, Barbie yang merupakan representasi dari wanita merupakan pemimpin di segala lini kehidupan. Semua hal dan keputusan di “Barbie Land” harus dilakukan atas persetujuan para Barbie sebagai pengambil keputusan utama.
Sementara itu, Ken dan para Ken serta Allan merupakan warga “Barbie Land” yang tidak memiliki kekuatan dan selalu mengikuti Barbie dan para Barbie lainnya. Meski demikian, mereka semua hidup dengan harmonis di “Barbie Land.”
Tanpa diduga, kekacauan tengah terjadi di “Barbie Land” setelah sempat ditinggal oleh Barbie ke dunia nyata. Hal tersebut terjadi karena paham baru yang dibawa oleh Ken sepulang dari dunia nyata, yakni paham patriarki.
Berbeda dari sebelumnya, Ken dan para Ken yang tengah menguasai “Barbie Land” membuat para Barbie tercuci otaknya dan melupakan jati diri mereka yang sesungguhnya. Bahkan, para Barbie bersedia menjadi “pelayan” para Ken dan membuat Ken serta para Ken menjadi pemimpin di “Barbie Land.”
Barbie, Gloria, dan Sasha yang baru datang ke “Barbie Land” yang sedang kacau tersebut pun melakukan rencana untuk mengubah keadaan kembali seperti semula lagi. Mereka bertiga dan para Barbie lainnya pun bersama-sama untuk mencegah Ken menguasai “Barbie Land.”
Salah satu bagian penting dan tidak terlupakan adalah adegan saat Gloria menasihati Barbie yang sedang terpuruk dan menyerah. Menurut Gloria, “Barbie Land” yang menjadi satu-satunya tempat wanita dapat mengekspresikan diri mereka dan dunia yang membuat wanita menjalankan sebagian besar posisi penting di sana harus dipertahankan untuk tetap dipimpin oleh para Barbie yang tidak bukan adalah para wanita.
Satu-satunya dunia tempat wanita dapat merasa aman, tanpa harus mendapat kritikan dari lelaki, dan mungkin hal terkejam yang pernah ada, seperti kekerasan seksual, merupakan imajinasi dari “Barbie Land” dan sangat berkebalikan dengan dunia nyata merupakan harapan yang selalu diinginkan setiap wanita. Tanpa adanya “Barbie Land” dan pengaruhnya terhadap wanita, maka akan hilang juga harapan para wanita itu sendiri karena sejatinya “Barbie Land” merupakan sebuah harapan.
Gerwig menggambarkan secara kontras perbedaan antara dunia nyata dan “Barbie Land” tersebut melalui “sentilan-sentilan” yang menyentuh hati. Di bagian ini beberapa orang mungkin akan relate dengan hal-hal yang diungkapkan dalam film “Barbie” tersebut.
Nilai keluarga
Selain membahas wanita dan lelaki, film “Barbie” turut mengangkat hubungan antara anak yang sudah beranjak remaja dengan orang tuanya. Barbie sendiri merupakan mainan yang dikhususkan untuk anak-anak perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat dimainkan oleh semua orang dari berbagai kalangan.
Gloria yang merasa kesepian karena Sasha, anaknya, sering mengacuhkan dirinya tersebut mulai memainkan kembali boneka Barbie yang sempat dimainkan dirinya bersama Sasha saat masih kecil. Saat memainkan boneka Barbie-nya, diri Gloria pun terhubung kembali dengan Barbie dan membuat mereka bertemu untuk pertama kalinya di dunia nyata.
Ia, Sasha, dan Barbie pun memutuskan untuk pergi ke “Barbie Land,” tempat di mana setiap Barbie dapat menjadi apa yang mereka inginkan. Namun, sesampainya di sana, terjadi kekacauan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya karena Ken dan para Ken lainnya.
Tanpa disadari mereka, permasalahan yang muncul di “Barbie Land” tersebut semakin mempererat hubungan ibu-anak ini. Sasha menjadi lebih mengerti ibunya dan keduanya mulai memahami satu sama lain. Ikatan para wanita? Mungkin ini bisa menjadi alasannya.
Satu hal lagi yang perlu diapresiasi dari film “Barbie” adalah pembawaan narator di beberapa adegan di dalamnya. Helen Mirrer selaku narator pun berhasil membuat suasana dalam adegan yang seharusnya serius menjadi segar dengan sentuhan komedi darinya.
Penonton pun akan dibuat tergelak karena beberapa “seloroh” yang dibacakan Mirrer tersebut. Tanpa adanya narator Mirrer dalam film “Barbie,” mungkin kesegaran dan canda khas dirinya tidak akan terasa di dalamnya.
Film “Barbie” dibintangi oleh sederet bintang Hollywood populer, antara lain Margot Robbie, Ryan Gosling, Ariana Greenblatt, Kingsley Ben-Adir, Emma Mackey, Hari Nef, Will Ferrel, Nicola Coughlan, John Cena, Simu Liu, Michael Cera, Kate McKinnon, hingga Dua Lipa. “Barbie” diproduksi oleh sutradara sekaligus aktris Greta Gerwig dan ditulis olehnya bersama Noah Baumbach.
Film “Barbie” diproduseri oleh Tom Ackerley, Robbie Brenner, David Heyman, dan Margot Robbie dan dibuat oleh rumah produksi Warner Bros. Dilm “Barbie” sudah dapat ditonton di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari ini, 19 Juli 2023.
Jangan lupa gunakan pakaian merah muda terbaik untuk menonton aksi Barbie dan kawan-kawannya ya!
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2023
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Belajar menjadi diri sendiri dari film "Barbie" - ANTARA"
Posting Komentar