BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Banyak rekan bertanya mengapa Miranda Septiana, penulis kelahiran Hulu Sungai Selatan, 16 September 1996, yang diberi kesempatan menulis novel yang direncanakan akan difilmkan.
Bukankah ada banyak penulis novel yang sudah berpengalaman di banua, bahkan sudah dapat penghargaan, yang diminta. Apalagi Miranda selama ini dikenal hanya sebagai penulis cerpen.
Saya pikir, ini bukan sekadar keberuntungan, tetapi juga jodoh. Ketika pertama kali Avesina Soebli (51), Produser film Laskar Pelangi, datang ke Banjarmasin, 15 Desember 2015, kami berjanji bertemu esok malamnya.
Maka, bertiga dengan Mohammad Choiruman, redaktur Banjarmasin Post, kami memilih warung nasi di Pasar Lama untuk bertemu.
Bang Avesina pun mengutarakan bagaimana obsesinya untuk membuat film di Banjarmasin. Film, yang dalam pandangannya, kelak, akan mempengaruhi pertumbuhan budaya dan pariwisata di negeri Seribu Sungai ini.
Kasus film seri Laskar Pelangi (LP) dijadikan contoh bagaimana film itu mampu mendongkrak pariwisata Belitung menjadi 1.800 persen.
Ada banyak film di dunia yang senasib dengan LP. Misalnya, film Robin Hood yang meningkatkan promosi internasional Inggris hingga senilai £5 juta.
Wisatawan ramai mengunjungi Hutan Sheerwood lokasi pembuatan film tersebut. Begitu juga film Lord of The Ring yang membuat Selandia Baru kebanjiran kunjungan 11 ribu wisatawan.
Sebagai warga kota Banjarmasin, tentu merasa sangat tertarik dengan ide semacam itu. Saya membayangkan ada sebuah film komersil, sekelas LP, yang berlatar Banjarmasin diputar di bioskop seluruh Indonesia dan meledak di pasaran.
Tak berapa lama ramailah wisatawan berduyun duyun mengunjungi kota ini, terutama tempat-tempat yang menjadi lokasi syuting.
Lantas bagaimana naskahnya? Avesina mengatakan harus dimulai dari sebuah novel. Dari data kepenulisan di banua, memang belum ada novel populer yang benar-benar menjadikan Banjarmasin, sungai, dan kehidupannya secara utuh dengan jalinan cerita yang kuat. Apalagi novel yang memang dikondisikan dapat diterjemahkan dalam bahasa film.
Inilah penggalan esai Zulfaisal Putera berjudul Miranda, Novel, dan Film. Selengkapnya baca koran Banjarmasin Post edisi, Minggu (16/09/2018).
baca dong http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/09/15/esai-zulfaisal-putera-miranda-novel-dan-filmBagikan Berita Ini
0 Response to "Esai Zulfaisal Putera: Miranda, Novel, dan Film"
Posting Komentar