Search

Film Tari Garapan Dosen UNS Berjaya di Amerika - Medcom ID

Jakarta: “Being a Prosecutor”, sebuah dance film atau film tari yang bercerita tentang keambiguan profesi jaksa berhasil terpilih dalam official selection America Dance Film’s (ADF’s) Movies by Movers 2020 di Durham, Amerika Serikat. Film tari ini merupakan garapan Dr. Deny Tri Ardianto, S.Sn., Dipl. Art., Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
 
ADF’s Movies by Movers merupakan festival dua tahunan yang didedikasikan untuk perayaan percakapan antara tubuh dan kamera dengan mengolaborasikan seni performance dan sinematografi.
 
Film tari ini diadaptasi dari salah satu pupuh (puisi tradisional Jawa) fenomenal dalam Serat Jayengbaya karya Raden Ranggawarsita berjudul Dadi Jeksa. Deny bercerita, bahwa sebagaimana isi pupuh, di dalam film tersebut terekam dua sifat berlawanan dalam diri seorang jaksa (jeksa) yang menimbulkan keambiguan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Jadi terdapat paradoks kemuliaan dan keluhuran profesi jaksa sebagai pilar penjaga benteng keadilan. Tetapi sekaligus kenistaan, kemunafikan, kelicikan, dan kerakusan seorang jaksa yang memperjualbelikan hukum dan keadilan dalam bentuk suap, sogok, upeti yang mengukir dendam mendalam bagi masyarakatnya,” jelas Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS ini dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Mei 2020.
 
Lebih lanjut, Deny menggambarkan bagaimana “Being a Prosecutor” menggunakan berbagai unsur semiotika atau simbol untuk mengungkapkan sebuah makna. Seperti kebencian masyarakat yang mengakar terekspresikan dalam ungkapan sumpah serapah dan jika ada pohon yang tidak kunjung tumbuh buahnya, pohon tersebut akan ditanami kepala Jeksa.
 
Begitu juga dengan penggambaran terkutuknya jenazah Sang Jeksa, jika ia meninggal makamnya harus dijauhkan dari masyarakat pada umumnya. Saat ditanya perihal latar belakang pembuatan film, Deny menuturkan bahwa ia ingin menciptakan film yang berbasis budaya tradisional, khususnya budaya Jawa sebagai sumber ide penciptaan karya seni.
 
Hal tersebut merupakan bagian dari upayanya untuk turut melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisional agar lebih dikenal oleh generasi milenial saat ini. Berkaitan dengan jenis film tari yang ia pilih, menurutnya penggabungan cerita tradisional yang dinarasikan dalam bahasa tutur tari kontemporer dan dikemas dalam media film telah menciptakan sebuah media baru.
 
Melalui film tari, ia ingin menyuguhkan sajian yang tidak dapat ditemukan di film jenis lain pada umumnya. “Melalui film tari tersebut, saya mengajak audiens berkomunikasi dan berdiskusi untuk menjelajahi ruang-ruang alternatif dalam penciptaan karya seni yang tidak hadir dalam film-film naratif atau jenis lain,” imbuh alumnus UNS ini.
 
Misi Deny dan tim untuk membawa budaya Jawa dengan suguhan dance film memperoleh banyak sambutan hangat dan panggung untuk tampil. Pasalnya, sejak pertama kali dipamerkan pada Agustus 2019 di PostFest 2019 – An International Art Exhibition, “Being a Prosecutor” telah dipamerkan dan diundang dalam berbagai gelaran seni dan film bergengsi, baik di Indonesia maupun kancah internasional.
 
Setelah tampil di PostFest 2019, film ini terpilih untuk dipamerkan dalam International Visual Art Exhibiton 2019 di Poh Chang Academy of Art, Bangkok, Thailand, dan juga diundang dalam Jakarta Dance Carnival 2019 pada Oktober 2019.
 
Di tahun 2020 ini, tidak hanya ADF’s Movies by Movers saja yang berhasil dijajaki “Being a Prosecutor”. Sebelumnya, film tari yang diproduksi pada Juli-Agustus 2019 ini, juga terpilih dalam official selection Frame Rush-A place for Screendance Film Festival di London-UK dan (C) Screen-Spring Dancefilm Festival di Barcelona-Spanyol,
 
“Di bulan September 2020 nanti, jika tidak ada aral melintang juga akan diputar di sebuah festival film tari di Hongkong,” tutur Deny.
 

(CEU)

Let's block ads! (Why?)

baca dong https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/GNl4PVXN-film-tari-garapan-dosen-uns-berjaya-di-amerika

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Film Tari Garapan Dosen UNS Berjaya di Amerika - Medcom ID"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.