REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Bioskop-bioskop di beberapa negara mulai dibuka. Yang menjadi pertanyaan, apakah ada film-film untuk ditayangkan?
Pandemi Covid-19 menjadi kisah "horor" bagi Hollywood. Pengalaman menonton film saat ini mungkin akan berbeda dibandingkan sebelum virus corona menyebar. Saat pembatasan fisik dan sosial diberlakukan, studio-studio film terpaksa mengurangi biaya pembuatan film.
Butuh waktu berbulan-bulan mengembalikan tingkat kehadiran penonton ke bioskop. Beberapa studio mengalihkan penayanan ke platform digital. Sebagiannya lagi memilih mengubah jadwal tayang dan menunggu pandemi Covid-19 berakhir.
Saat bioskop dibuka kembali, bisnis itu tetap berada dalam posisi rumit. Relaksasi pedoman jarak sosial tetap menekankan persyaratan kesehatan dan keselamatan baru yang menyeluruh. Bahkan prediksi paling optimis dan realistis menunjukkan, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan tingkat kehadiran penonton di bioskop.
Berikut beberapa skenario dalam bisnis bioskop seperti dilansir di laman Digital Trends, baru-baru ini:
1. Pertunjukan pertama
Tidak peduli seberapa besar layar atau seberapa tinggi resolusi televisi Anda di rumah, tetap tidak ada yang menandingi layar biskop. Terutama, ketika menyangkut format layar besar IMAX atau ruang bioskop dengan sistem audio dan video canggih. "Chris Nolan, nomine Piala Oscar lima kali, benar-benar ingin tampil dengan film sebagai pembuka bioskop," kata CEO IMAX Richard Gelfond.
Menurut dia, tidak ada orang di Amerika Serikat (AS) yang ngotot ingin bioskop kembali dibuka selain Chris Nolan. Film Tenet garapan Nolan adalah salah satu film besar yang masih dijadwalkan tayang pada 17 Juli 2020. Namun, jika film itu menargetkan pendapatan agar mampu menutup biaya produksi sebesar 205 juta dolar AS, maka akan sulit.
2. Kelangsungan hidup yang terbesar
Saat ini, ada tiga film besar yang dijadwalkan diputar yakni Tenet pada 17 Juli, Mulan pada 24 Juli, dan sekuel pahlawan super Wonder Woman 1984 pada 14 Agustus. Ketiga film itu akan membutuhkan waktu lama agar menguntungkan, tidak hanya menjadi sukses untuk studio produksi, tetapi juga untuk membuktikan perilisan dapat berjalan efektif selama pembatasan jarak fisik dan sosial.
3. Menguji arus sesuai permintaan
Dalam beberapa bulan terakhir, pihak studio beralih ke platform digital sebagai pilihan menghindari kemacetan box office. Universal Pictures adalah salah satu studio besar pertama yang memutar streaming produksinya setelah pandemi Covid-19. Mereka menayangkan film thriller The Invisible Man dan beberapa film lain langsung ke pasar berdasarkan permintaan.
Pada akhir April, Universal Pictures mengumumkan sekuel animasi Trolls World Tour yang semula dijadwalkan tayang 10 April telah menghasilkan hampir 100 juta dolar AS dalam tiga pekan melalui sewa digital 20 dolar AS. Pendapatan streaming film selama periode itu lebih dari film Troll pertama yang diperoleh selama lima bulan pemutarannya di bioskop pada 2016.
"Hasil untuk Trolls World Tour telah melampaui harapan kami dan menunjukkan kelayakan video premium sesuai permintaan," kata kepala perusahaan induk Universal, NBC Universal, Jeff Shell. Setelah bioskop kembali buka, mereka menargetkan merilis film dalam dua format.
4. Jangan khawatir, jadilah streaming
Dengan semakin banyaknya tumpukan film tertunda di industri, Disney bergabung dalam deretan daftar studio yang memanfaatkan opsi streaming. Mereka memutuskan menayangkan filmnya di saluran berbasis langganan, Disney+. Film yang tayang yakni Artemis Fowl yang semula dijadwalkan tayang pada 29 Mei dan Broadway yang awalnya dijadwalkan tayang tahun depan. Disney juga menayangkan film Star Wars: Episode IX-The Rise of Skywalker dan Frozen 2.
Disney dan Universal bukan satu-satunya studio yang menggunakan opsi streaming sesuai permintaan. Sony Pictures baru-baru ini mengumumkan film drama Perang Dunia II, Greyhound yang dibintangi Tom Hanks akan tayang ke video on demand. Sementara Warner Bros Pictures melakukan hal sama dengan film animasinya, Scoob!.
5. Mempersempit jarak
Apa artinya semua ini bagi penggemar film? Dalam waktu dekat apabila bioskop dibuka, asrtinya pilihan film yang ada di sana hanya sedikit. Banyak film berskala kecil dan menengah hampir pasti beralih ke layanan streaming. Jumlah film yang bermgrasi ke jalur itu akan bertambah signifikan.
Banyak rantai yang akan membuat bioskop kecewa. Bioskop film drive-in juga sudah mengalami kebangkitan dengan memberikan pengalaman komunal dan tetap memperhatikan jarak sosial. Jenis itu memulai tahap awal pembukaan kembali di sekitar AS, pasar bioskop terbesar di dunia.
Meskipun Universal, Disney, dan studio lain menemukan cara penayangan dengan video streaming, masih ada banyak potensi keuntungan dalam rilis di bioskop. Masih perlu dilihat lagi apakah penonton terdorong melangkahkan kaki saat bioskop sudah dibuka?
Dalam jajak pendapat baru-baru ini yang diterbitkan Variety, sebanyak 70 persen responden menunjukkan mereka lebih suka menonton film baru dari rumah dibandingkan di bioskop. Hanya 13 persen mengatakan lebih suka pengalaman di biskop. sementara 17 persen lainnya ragu-ragu untuk memilih. Angka-angka tersebut tentu tidak cocok untuk siapa pun yang berharap bioskop kembali dibuka dengan cepat.
baca dong https://republika.co.id/berita/qaw4bp425/apa-yang-terjadi-pada-industri-film-hollywood-usai-coronaBagikan Berita Ini
0 Response to "Apa yang Terjadi pada Industri Film Hollywood Usai Corona? - Republika Online"
Posting Komentar