JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan memfasilitasi produksi sepuluh film pendek terpilih dari Kompetisi Produksi Film 2021. Film diharapkan menjadi medium pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek Ahmad Mahendra pada Rabu (15/9/2021) mengatakan, kompetisi ini untuk mengasah kreativitas pembuat film sekaligus memacu semangat berkarya selama pandemi Covid-19. Ketersediaan film pendek juga perlu ditambah, khususnya yang bernilai budaya, kearifan lokal, serta mampu menanamkan pendidikan karakter.
Adapun tema kompetisi tahun ini adalah ”Dinamika Kebudayaan Indonesia”. Kebudayaan bisa digali dari karakter, latar tempat cerita, bahasa, hingga budaya tradisional dan modern.
”Kompetisi ini untuk memperkuat ekosistem perfilman melalui kreasi dan produksi. Tema itu sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal melalui film pendek,” ucap Mahendra pada diskusi daring.
Panitia menerima 352 proposal film yang dikirim para sineas dari 29 provinsi. Proposal yang masuk kemudian diseleksi menjadi 50 besar, 20 besar, hingga akhirnya terpilih sepuluh proposal film terbaik.
Baca Juga: Pelaku Industri Film Berharap Pemerintah Bantu Fasilitasi Produksi hingga Distribusi
Proposal film tersebut berjudul Pasukan Semut (Pontianak), Gang Permai 2 (Pontianak), Ibu Ora Sare (Yogyakarta), Jiwo (Yogyakarta), Rasa(H) (Solo), Kabar dari Kubur (Tangerang), Culas (Jakarta), Membicarakan Kejujuran Diana (Jakarta), Ade: Ride To Nowhere (Makassar), dan Radio Pakcik Mahmud (Pekanbaru).
Film-film terpilih menurut rencana akan ditayangkan di kanal budaya Indonesiana. Film itu juga akan memperoleh kesempatan seleksi untuk tayang di Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Film terpilih juga memperoleh dana produksi dari Kemdikbudristek, lokakarya seputar film, dan pendampingan dari mentor.
Kebudayaan
Menurut penulis skenario sekaligus anggota tim juri kompetisi, Gunawan Maryanto, salah satu tantangan yang dihadapi para peserta adalah mendefinisikan kebudayaan. Masih ada sebagian orang yang memahami kebudayaan sebatas kesenian dan adat istiadat. Padahal, makna kebudayaan lebih luas dan berlapis.
Kebudayaan bisa jadi soal pola hidup, cara hidup, cara berpikir, nilai, dan norma masyarakat. Ia menambahkan, tantangan lain adalah bagaimana sineas mendalami isu kebudayaan, membedahnya, kemudian memosisikan diri terhadap isu tersebut.
”Cara dia berpihak di isu itu juga penting. Posisinya dia ada di mana? Ini karena film dan bentuk-bentuk seni lain tidak hanya merekam suatu fenomena atau isu, tetapi juga harus mampu menyingkap itu,” kata Gunawan.
Para pembuat film juga diharapkan mampu memotret dinamika kebudayaan di film mereka. Untuk itu, mereka dapat menghimpun ide-ide yang ada, kemudian dipadatkan menjadi satu pertanyaan atas suatu fenomena.
Baca Juga: 54 Film Eropa Bisa Dinikmati Penonton Indonesia
Produser film Ade: Ride To Nowhere, Fernanda Aries, mengatakan, filmnya memotret kesetaraan jender di kalangan masyarakat urban, khususnya di Makassar. Film itu bercerita tentang pengendara ojek perempuan yang kerap memperoleh respons tidak menyenangkan dari penumpang.
”Adegan yang ada menawarkan pemikiran ke penonton; kalau bertemu Ade Ade yang lain, apa saya akan seperti itu (merespons negatif),” katanya.
Kompetisi ini untuk memperkuat ekosistem perfilman melalui kreasi dan produksi. Tema itu sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal melalui film pendek.
Sementara itu, film Culas bercerita tentang seorang perempuan sekaligus orangtua tunggal. Ia kemudian bekerja sebagai penagih utang dari platform pinjaman daring ilegal. Konflik semakin intens saat tokoh utama harus menagih utang dari temannya di masa lalu.
”Ini menggambarkan ironi yang terjadi di kota besar. Di dunia yang cepat, sering kali kemanusiaan datangnya terlambat. Akibatnya, manusia sering mengingkari nurani untuk bertahan hidup,” kata perwakilan tim produksi Culas, Ridla Anuur.
Baca Juga: Perlunya Memperkuat Sensor Mandiri Masyarakat terhadap Film
Adapun film Gang Permai 2 bercerita tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di gang. Kreator film, Riqhi Alvin Sani, mengatakan, film ini terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Tantangan
Menurut sutradara dan salah satu mentor kompetisi, Anggi Frisca, salah satu tantangan yang mesti diperhatikan adalah eksekusi ide. Seluruh tim pembuat film mesti banyak berdiskusi sebelum produksi. Tujuannya agar semua anggota tim memiliki persepsi yang sama untuk menerjemahkan ide menjadi film.
Sementara itu, sutradara sekaligus anggota tim kurator kompetisi, Ifa Isfansyah, menambahkan, salah satu cara menyusun proposal yang baik adalah dengan menonjolkan isi cerita dan mempresentasikannya dengan baik. Ia harap film dapat diproduksi dengan baik dan film tersebut memberi perspektif keberagaman ke audiens.
baca dong https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/09/16/kemendikbudristek-fasilitasi-produksi-film-pendek/Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemendikbudristek Fasilitasi Produksi Film Pendek - kompas.id"
Posting Komentar