Menurut Pastore, proyek pengerjaan film tidak dapat dilakukan sendiri. Ia mengatakan, film adalah sebuah industri yang memungkinkan setiap individu menemukan cerita untuk digali, dan mitra baru untuk berproses bersama.
"Sinema adalah sebuah industri, sehingga terdapat langkah-langkah yang harus diikuti. Sinema juga bukan industri yang murah, sehingga, ketika kita benar-benar mau melakukannya secara profesional, maka kita harus menggali cerita-cerita yang otentik, yang personal, untuk kemudian diolah bersama-sama dengan tim," kata Pastore dalam lokakarya Europe on Screen, ditulis pada Kamis.
Lebih lanjut, wanita berkebangsaan Italia itu mengatakan, film adalah sebuah media yang universal -- yang mampu berbicara dan menyentuh banyak orang di dunia.
Baca juga: Europe on Screen 2021 kembali digelar daring 15-27 September
Baca juga: Tantangan dan kiat festival film bertransisi ke ranah digital
"Bagaimana film dapat menjadi sebuah 'bahasa'? Jagalah keaslian cerita kita. Apa yang membuat sebuah kisah menjadi universal adalah ketika cerita itu otentik, personal, jujur, dan memiliki latar belakang budaya yang spesifik. Penonton akan percaya dengan kisah itu, karena itu nyata dan terasa dekat," ujar Pastore.
Wanita yang juga merupakan pembicara dalam Torino Film Lab tersebut mengatakan, dalam mengembangkan sebuah ide, cerita harus menjadi pesan dan penggerak tim dalam membuat film.
"Pengembangan (development) adalah bisnis profesional untuk membuat cerita menjadi bentuk yang tepat, dalam skrip, pengemasan, pembiayaan, dan elemen pemasarannya agar film dibuat dengan cara yang sesuai dengan visi kreatif tim yang mengembangkan cerita," jelas Pastore.
"Realisasi cerita itu pada saat yang sama harus masuk akal secara komersial dalam konteks ekonomi, para pengembang cerita akan memastikan bahwa penonton untuk cerita mereka diidentifikasi, dipahami, dan dijangkau," ujarnya menambahkan.
Ia pun membagi tahap pengembangan menjadi beberapa aspek. Pertama adalah aspek kreativitas yang meliputi tim kreatif, genre film, dan segmentasi penonton.
Lebih lanjut, adalah elemen hukum/legal yang nantinya terkait dengan akses ke narasumber, pemain, hingga pencarian lokasi syuting. Dalam elemen ini, juga termasuk persetujuan dari tim dan pemeran, hingga kemungkinan untuk melakukan co-produksi dengan berbagai pihak.
Aspek selanjutnya adalah isu keuangan yang meliputi anggaran (budget), bagaimana cara menarik pihak lain untuk berproduksi bersama, serta perencanaan keuangan produksi.
"Hal terakhir adalah pemasaran dan distribusi film. Hal ini termasuk pitching dan pengemasan film nantinya, lalu pendistribusiannya -- apakah film ini nantinya lebih sesuai untuk festival internasional atau lokal, hingga mempertimbangkan pendekatan kepada penonton di setiap wilayah atau negara," papar Pastore.
Sementara itu, Europe on Screen (EoS) memiliki berbagai program di perhelatannya tahun ini yang dilakukan secara daring. Selain pemutaran berbagai film Eropa, penonton juga bisa menyimak diskusi film ini bersama kreator di baliknya melalui acara Film Talks yang jadwalnya bisa diakses di laman web dan media sosial resmi EoS.
EoS 2021 dihelat pada 15-27 September.
Baca juga: Sutradara film Korea Selatan mulai beralih ke produksi layanan OTT
Baca juga: Pengembang game Korea Selatan lirik produksi serial TV dan film
Baca juga: Netflix wacanakan aturan wajib vaksin untuk aktor dan kru film di AS
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kiat kembangkan ide hingga jadi proyek produksi film - ANTARA"
Posting Komentar