Tidak ada yang spesial dari Zack Snyder's Justice League. Film berdurasi hampir empat jam ini ternyata tidak seheboh promo yang dilakukan pihak studio selama beberapa bulan belakangan.
Pun saya sulit untuk mengatakan Zack Snyder's Justice League sebagai film yang bagus, namun tidak bisa dikatakan buruk pula. Kata yang tepat adalah biasa saja, atau sangat biasa.
Garis besar cerita film ini sama dengan Justice League versi reguler yang rilis 2017 lalu. Di mana Bruce Wayne alias Batman berusaha membentuk kelompok pahlawan super untuk bersiap menghadapi ancaman.
Tentu rencana itu tidak berjalan mulus seperti yang Bruce prediksi sebelumnya. Ia beberapa kali ditolak mentah-mentah oleh sejumlah pahlawan super, namun ada pula yang menerima tawaran Bruce dengan mudah.
Perbedaan paling kentara film ini terletak penambahan dan pengurangan adegan dari Justice League reguler. Perbedaan sudah terasa dari pembukaan dengan adegan yang berbeda, pembukaan Zack Snyder's Justice League lebih runut dan tidak membuat penasaran.
Begitu pula dengan sedikit adegan background story pahlawan super yang direkrut Batman, mereka adalah Aquaman, The Flash, dan Cyborg. Adegan background story mereka dalam film ini lebih banyak ketimbang Justice League reguler.
Sayangnya, penambahan adegan background story ini sejatinya tidak terlalu penting karena mayoritas dari pahlawan super itu memiliki film solo. Penonton pun nantinya akan mengerti asal usul mereka tanpa harus dijelaskan dalam film ini.
Bila tidak dijelaskan background story pahlawan super pun tidak menjadi masalah. Hal itu justru membuat penonton penasaran dan tertarik untuk menonton film solo dari pahlawan-pahlawan super tersebut.
Boro-boro memberikan kejutan, adegan background story justru membosankan. Snyder seakan ingin memasukkan semua adegan yang tidak ada dalam film reguler hanya untuk menyajikan perbedaan dan terlihat keren.
Pada akhirnya semua adegan pengenalan itu tidak menjadi spesial bagi penonton, terutama bagi mereka yang sudah menanti lantaran 'termakan' promo. Zack Snyder's Justice League tak ubahnya film berdurasi empat jam yang membosankan.
Hal itu diperparah dengan kurangnya eksplorasi motivasi karakter antagonis bernama Steppenwolf yang merampas Mother Boxes dan berniat menghancurkan bumi. Motivasi Steppenwolf terasa tanggung, Snyder terlalu sibuk membahas apa itu Mother Boxes yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan singkat.
Padahal, menurut saya, eksplorasi motivasi Steppenwolf dalam film ini akan menjadi nilai tambah dan membuat film semakin menarik. Steppenwolf akan terlihat sebagai karakter yang utuh, bukan sekadar karakter tempelan, dan membuat cerita lengkap.
Apalagi dalam Justice League reguler motivasi Steppenwolf juga tidak dieksplorasi dengan baik. Snyder harusnya bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, selagi memiliki kebebasan untuk merangkai adegan demi adegan menjadi film.
Beruntung, bagian pertengahan dan akhir film ada sedikit penjelasan tentang otak dibalik serangan yang dilakukan Steppenwolf. Penjelasan tersebut menyelamatkan film membosankan ini karena menarik dan membuat penasaran.
Bahkan dengan penjelasan itu penonton bisa menerka apa yang terjadi dalam film-film DC Extended Universe (DCEU) di masa mendatang. Baik film solo pahlawan super mau pun film yang berisikan kelompok pahlawan super seperti Justice League.
Sekali lagi, beruntung Snyder memberikan sedikit penjelasan tentang otak dibalik serangan yang dilakukan Steppenwolf. Jika tidak, maka Zack Snyder's Justice League akan menjadi film yang buruk seperti Justice League reguler.
(bac) baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210326191327-220-622667/review-film-zack-snyders-justice-leagueBagikan Berita Ini
0 Response to "Review Film: Zack Snyder's Justice League - CNN Indonesia"
Posting Komentar