Produser Dede mengatakan sejumlah hal membuat persiapan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas memerlukan waktu lebih lama, salah satunya kala mempersiapkan jalan cerita yang kompleks dengan baik.
"Film ini butuh ekstra dalam arti karena kompleksitas, cerita. Yang menulis kan Edwin dan Eka. Jadi tektok begitu," kata Dede di kawasan Kemang, Selasa (18/2).Selain mematangkan naskah, pendanaan juga menjadi salah satu alasan film tersebut memerlukan waktu lebih. Dede menilai film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berpotensi tayang di dunia internasional sehingga memerlukan persiapan yang lebih baik.
Tim, kata Dede, melakukan perjalanan pengumpulan dana hibah sejak 2016 setelah mendapatkan hak memfilmkan buku Eka Kurniawan dari Pontas Agency.
Skenario Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas memenangkan hadiah utama Most Promising Project dalam Asian Project Market Busan International Film Festival 2016.
Pada 2018, proyek film ini juga memenangkan Post-Production Award Hong Kong Asian Film Market. Tahun lalu, proyek film ini juga mendapat dana hibah dari SEA Co-production Grant sebagai apresiasi kerja sama Indonesia dan Singapura.
"Jadi tiap tahun terlihat pelan tapi sebenarnya berkembang," ucap Dede.
Dede menjelaskan sejauh ini tim sudah menulis naskah, menyiapkan pendanaan, hingga mengecek lokasi syuting.
Edwin selaku sutradara telah berkeliling dari Jawa Barat hingga Jawa Tengah untuk menemukan lokasi yang cocok untuk syuting dengan latar belakang kawasan Pantura.
Sutradara Edwin bersama penulis Eka Kurniawan dan Ladya Cheryl jelang penggarapan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
|
"Kami kemungkinan memilih Rembang sebagai tempat syuting. Kami sebenarnya sama-sama tidak familiar (dengan Rembang). Tapi kami lihat Rembang memiliki tekstur yang ada pantainya, bukit, ada masa di sana gersang banget, tapi ada masa hijau banget. Itu menarik untuk dieksplor," Dede menjelaskan.
Tak hanya itu, alasan lain Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas memerlukan waktu lebih adalah keinginan Edwin mengambil gambar dengan kamera seluloid 16 mm.
Hal itu membutuhkan waktu lebih, karena menurutnya, Indonesia kini tak lagi memiliki laboratorium film. Sehingga tim perlu riset dan mencari tahu lokasi lab film terdekat.
Terpisah, Edwin menilai wajar apabila ingin kembali ke kamera 16 mm. Menurutnya, kamera tersebut merupakan medium yang wajar digunakan di industri perfilman pada 8-10 tahun lalu.
Penggunaan kembali medium tersebut disebut bisa menjadi sarana pembelajaran bagi generasi yang mungkin belum sempat mengenal seluloid.
"Medium seharusnya menjadi pilihan buat seniman. Ini menarik untuk dieksplor mempertemukan orang-orang yang pernah bikin analog dengan kru yang lebih muda. Pertemuan baru dan dalam sebuah produksi semakin banyak yang belajar semakin baik dan mengejutkan hasilnya nanti," kata Edwin.
Oleh sebab itu, dengan seluruh persiapan tersebut, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan memulai pengambilan gambar pada akhir 2020 dan tayang pada 2021. Film ini akan dibintangi Ladya Cheryl yang berperan sebagai Iteung, salah satu tokoh utama. (chri/end)
baca dong https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200219204730-220-476262/persiapan-panjang-adaptasi-novel-eka-kurniawan-jadi-filmBagikan Berita Ini
0 Response to "Persiapan Panjang Adaptasi Novel Eka Kurniawan Jadi Film - CNN Indonesia"
Posting Komentar