Search

Review Film The Medium yang Meneror 630.000 penonton, Jeritan Dukun Bayan Di Atas Bukit Pertanda Tragedi - Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Inilah horor Thailand yang menggemparkan bioskop Indonesia. The Medium menjadi film Thailand terlaris di Indonesia. Dalam catatan Showbiz Liputan6.com, hingga Jumat (12/11/2021), The Medium meneror lebih dari 630 ribu penonton.

Sebuah pencapaian gemilang mengingat kapasitas bioskop di era pandemi Covid-19 belum diizinkan 100 persen. Memasuki pekan kedua penayangan, ia masih berkuasa di 500-an layar. Artinya, potensi jumlah penonton bertambah masih tinggi.

Karya sineas Banjong Pisanthanakun ini dikemas dalam format mockumentary. Seolah kisah nyata dan dokumentasi kegiatan, padahal ada banyak polesan dan dramatisasi di sana-sini untuk kebutuhan sinematik.

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 7 halaman

Mink, Noi, dan Nim

The Medium mengisahkan Mink (Narilya Gulmongkolpech) satu-satunya anak Noi (Sirani Yankittikan) yang belakangan berlaku aneh. Emosinya tak terkendali dan kerap menyimpan barang-barang “ajaib” di rumah dari kantong plastik hingga pembalut wanita bekas.

Sesekali ia berlaku seperti bocah, main perosotan dan saat ada anak kecil lain dianggap mengganggu, ia berkelahi. Pernah pula di angkutan umum, ia menampar seorang ibu karena dianggap membuatnya tak nyaman.

Nim (Sawanee Utoomma), saudara Noi, yang mencermati kejadian ini merasa ada sesuatu yang ganjil. Nim dukun “titisan” Dewi Bayan. Kulur masyarakat Islan meyakini definisi roh atau arwah sangat luas.

Ia tak harus arwah penasaran. Bisa jadi roh yang dimaksud adalah binatang buas hingga tanaman rambat. Semula Nim menduga, Mink kerasukan arwah laki-laki yang bunuh diri. Sebuah ritual memperlihatkan telur yang dipecah Nim mengeluarkan cairan hitam kental.

3 dari 7 halaman

Bahaya Lain, Lebih Besar

Dari sini ia sadar, ada bahaya lain yang lebih besar. Nim lantas minta bantuan kepada Santi (Boonsong Nakphoo). Kondisi makin genting karena Mink yang kerasukan membantai anjing hingga membawa kabur bayi pamannya sendiri, Manit (Yasaka Chaisorn). 

Untuk sebuah film horor, durasi The Medium terbilang panjang. Yang menarik, Banjong Pisanthanakun berhasil membuat durasi panjang ini efektif untuk bercerita dan berbagi klu-klu penting. Di tangannya, sensasi tegang tak harus berupa adegan eksorsis atau penampakan.

Perilaku ganjil Mink adalah teror tersendiri. Menatap pintu rumah dengan posisi berdiri yang tidak stabil, melabrak salah satu pelayat yang diduga menyumpahinya (padahal enggak), atau merintih di kamar mandi saat mengalami perdarahan.

4 dari 7 halaman

Tak Terjebak Pada Aturan

Akting Narilya Gulmongkolpech sebagai Mink adalah daya pikat yang mengerikan. Ia mengaku menurunkan bobot hingga 10 kg untuk mendalami Mink yang menjadi medium sejumlah lelembut. Setiap gejala tak lazim yang diperlihatkan Mink bentuk proses yang tidak instan.

The Medium tak seperti horor lain yang terjebak pada aturan yang dibuat-buat bahwa orang yang kerasukan harus histeris, pakai lensa kontak, dan tampil acak-acakan. Mink tidak demikian. Ia tetap bisa berinteraksi dengan sesama.

5 dari 7 halaman

Kadang Terkontrol, Kadang Enggak

Hanya reaksinya kadang terkontrol, kadang enggak. Tampak natural namun tak bisa diterima begitu saja. Setelah melewati proses yang bikin penonton tidak nyaman (saking ganjilnya) Banjong mempersembahkan babak akhir mencekam.

Ritual pengusiran setan mendefinisikan malam yang panjang dan melelahkan. Mayoritas penonton menyebut, babak akhir ini bikin stres dan traumatis. Namun bagi kami, bukan itu titik genting The Medium.

6 dari 7 halaman

Syok Berat

Ada satu adegan yang membuat kami syok berat hingga dengkul lemas dan kehilangan harapan. Yakni, saat jagoan kita, Nim, mendatangi bukit untuk beribadah kepada Dewi Bayan. Tiba di sana, Nim menjerit histeris mendapati patung Dewi Bayan dalam kondisi tak biasa.

Jeritan Nim teror yang hakiki. Adegan ini menyadarkan kami bahwa tak ada yang lebih mengerikan dari kehilangan pegangan, harapan, dan kendali iman. Saat itu terjadi, maka pintu musibah menganga.

Kita tinggal menanti ia melebar, dan jadilah kiamat bagi sebuah keluarga. Sejak adegan itu bergulir, kami makin tidak tenang menyaksikan The Medium dan benar saja, akhir film ini adalah dampak paling fatal dari jeritan Nim di hadapan Dewi Bayan.

7 dari 7 halaman

Dekat Dengan Penonton

The Medium horor tak biasa. Kecerdasan Bajong bersama Chantavit Dhanasevi dan Na Hong Jin sebagai penulis naskah terletak pada upaya membangun koneksi dengan penonton. Koneksi itu dibangun lewat keseharian dua tokoh yakni Mink dan Nim.

Makin mengenal keduanya lewat aktivitas harian dan perspektif mereka terhadap supranatural, makin kita sayang kepada mereka. Maka, saat hal-hal mengerikan terjadi, kita jadi ikut kembang kempis alias harap-harap cemas.

Teror dari rekaman kamera memang bukan hal baru dalam genre memedi. Bedanya, The Medium membuatnya lebih dekat dengan penonton hingga perasaan ikut terbawa lalu lahir efek kecemasan berlebih hingga tahap akhir.

   

Pemain: Narilya Gulmongkolpech, Sawanee Utoomma, Sirani Yankittikan, Yasaka Chaisorn, Boonsong Nakphoo

Produser: Na Hong Jin, Banjong Pisanthanakun

Sutradara: Banjong Pisanthanakun

Penulis: Chantavit Dhanasevi, Na Hong Jin

Produksi: GDH 559, Showbox, CBI Pictures

Durasi: 2 jam, 10 menit

Adblock test (Why?)

baca dong https://www.liputan6.com/showbiz/read/4709910/review-film-the-medium-yang-meneror-630000-penonton-jeritan-dukun-bayan-di-atas-bukit-pertanda-tragedi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Review Film The Medium yang Meneror 630.000 penonton, Jeritan Dukun Bayan Di Atas Bukit Pertanda Tragedi - Liputan6.com"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.