KOMPAS.com - Daftar peraih Piala Citra 2021 telah diumumkan pada Malam Anugerah Festival Film Indonesia (FFI) yang digelar di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/11/2021).
Sejumlah insan perfilman dan karya film mendapatkan penghargaan dalam acara tersebut.
Terdapat enam kategori penghargaan yang diberikan untuk film-film karya sineas Indonesia.
Enam kategori tersebut yaitu:
- Film Cerita Panjang Terbaik
- Film Cerita Pendek Terbaik
- Film Dokumenter Panjang Terbaik
- Film Dokumenter Pendek Terbaik
- Film Animasi Panjang Terbaik
- Film Animasi Pendek Terbaik
Daftar nominasi merupakan hasil seleksi dan penjurian yang dilakukan oleh 54 juri yang berasal dari perwakilan asosiasi-asosiasi profesi perfilman.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Berikut ini daftar lengkap enam film yang meraih Piala Citra 2021 di kategori masing-masing:
1. Film cerita panjang terbaik: Penyalin Cahaya
Mengutip Kompas.com, 7 Oktober 2021, Penyalin Cahaya merupakan film panjang karya sutradara Wregas Bhanuteja dan diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures.
Film bergenre drama misteri ini dibintangi oleh Shenina Chinnamon, Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panendra, dan sederet aktor lainnya.
Penyalin Cahaya atau Photocopier menyoroti kisah Sur (Shenina Chinnamon) yang dianggap mencemarkan nama baik fakultas karena swafotonya dalam keadaan mabuk beredar luas.
Namun, Sur tidak sadarkan diri dan tidak mengingat kejadian yang terjadi saat pesta kemenangan teater di kampusnya itu.
Peristiwa tersebut membuat Sur harus kehilangan beasiswanya.
Untuk mengungkap misteri di balik malam pesta itu, Sur meminta bantuan Amin (Chicco Kurniawan), teman masa kecilnya yang bekerja sebagai tukang fotokopi di kampusnya.
Film Penyalin Cahaya akan tayang di platform Netflix pada 13 Januari 2022.
Baca juga: Bintangi Penyalin Cahaya, Chicco Kurniawan Raih Piala Citra Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2021
2. Film cerita pendek terbaik: Laut Memanggilku
Mengutip Parapuan.co, 16 Oktober 2021, Laut Memanggilku merupakan film pendek karya sutradara Tumpal Tampubolon dan diproduksi oleh Tanakhir Films.
Film pendek ini menyuguhkan penampilan dua orang anak dari Sanggar Anak Harapan, yaitu Muhammad Umar dan Dikky Takiyudin.
Film ini mengangkat kisah Sura, anak nelayan yang hidup sebatang kara sebab sudah tidak memiliki orang tua atau pendamping lagi.
Suatu hari, Sura menemukan sebuah boneka yang terbawa ombak bersama tumpukan sampah. Ia kemudian membawa pulang boneka itu dan menjadikannya sebagai teman sekaligus ibu.
Berkat kehadiran boneka itu, Sura tak lagi merasa kesepian.
Namun, kehangatan keluarga dan sahabat yang dihadirkan sang boneka mulai terancam karena kehadiran teman Sura, Argo.
Argo ingin merenggut boneka itu dari Sura, dan Sura pun takut merasakan kesendirian lagi.
Baca juga: Penyalin Cahaya Menang Film Terbaik Piala Citra FFI 2021
3. Film dokumenter panjang terbaik: Invisible Hopes
Mengutip Kompas.com, 27 Mei 2021, Invisible Hopes adalah film dokumenter panjang yang disutradarai sekaligus diproduseri oleh Lamtiar Simorangkir bersama Lam Horas Production.
Film berdurasi 1 jam 45 menit ini mengangkat potret kehidupan para wanita hamil serta anak-anak yang lahir dan hidup di dalam penjara.
Setiap tahunnya ada sekitar 300 perempuan yang menjalani masa hukuman mereka dalam keadaan hamil.
Setiap harinya, para calon ibu ini harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah lingkungan yang keras.
Sedangkan untuk narapidana yang baru melahirkan, mereka harus putar otak untuk bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak mereka.
Ibu S menjadi salah satu mantan penghuni lapas perempuan yang harus menghadapi tantangan berat ini.
Saat itu, Ibu S memilih bekerja sebagai buruh cuci baju hanya beberapa hari setelah kelahiran anaknya, demi memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang bayi selama berada di penjara.
Kisah yang dituturkan Ibu S serta narapidana perempuan lain menggerakkan Lamtiar untuk memulai proyek ini.
Baca juga: Penyalin Cahaya Borong 12 Piala Citra di FFI 2021
4. Film dokumenter pendek terbaik: Three Faces in the Land of Sharia
Mengutip Serambinews, Jumat (12/11/2021) Three Faces in the Land of Sharia merupakan film dokumenter pendek karya sutradara Davi Abdullah, produser Masridho Rambey, dan Director of Photography Fadil Batubara.
Film ini menceritakan tentang kondisi sosial masyarakat di daerah Aceh, satu-satunya tempat di Indonesia di mana hukum syariah diberlakukan secara formal.
Produksi film ini dilakukan secara independen dan butuh waktu sekitar tiga tahun lamanya.
5. Film Animasi Panjang Terbaik: Nussa
Mengutip Kompas.com, 8 Oktober 2021, Nussa adalah film animasi panjang arahan sutradara Bony Wirasmono, dan hasil kolaborasi antara Visinema Pictures dan The Little Giantz.
Film ini diadaptasi dari IP milik The Little Giantz yang selama ini menjadi tontonan edutainment (edukasi entertainment) berdurasi 4-5 menit di platform YouTube.
Film animasi ini mengisahkan tentang kakak beradik, Nussa (Muzakki Ramdhan) dan Rara (Aysha Razaana) yang cerdas dan selalu membanggakan orang tuanya.
Nussa diceritakan sebagai anak yang rajin dan semangat belajar demi meraih juara kelas dan kompetisi sains di sekolah.
Kehidupan Nussa seketika berubah saat seorang murid baru bernama Jonni (Ali Fikry) diperkenalkan oleh Ibu Anggi (Raisa Andriana).
Jonni datang dari keluarga berada dan seketika merebut popularitas Nussa di sekolah karena roket miliknya lebih canggih dan modern.
Dengan mengambil setting di bulan Ramadan, Nussa pun harus melewati perjalanan panjang untuk bisa belajar ikhlas dan sabar menghadapi kehidupannya.
Baca juga: Marissa Anita Menangis Saat Raih Piala Citra Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik FFI 2021
6. Film animasi pendek terbaik: Ahasveros
Mengutip laman resmi UMN, Sabtu (13/11/2021) Ahasveros merupakan film animasi pendek garapan rumah produksi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Pictures.
Film ini dikerjakan oleh alumni UMN, antara lain Bobby Fernando sebagai penulis, sutradara animator dan editor, dibantu oleh Yenna Mariana sebagai background artist, pelukis Diva Stevania, Dwi Atmoko Adi sebagai 3D modeller, Dira Nararyya sebagai sound designer, Elvaretta Tirta sebagai composer dan Jeremiah Harvest sebagai Chairil Anwar.
Riset visualnya dibantu oleh sosen Sejarah Film UMN, Salima Hakim. Sementara untuk style visual film ini dibantu oleh dosen Animasi, Yohanes Merci.
Andrey Andoko bertindak sebagai Produser Eksekutif film Ahasveros.
Ahasveros adalah cuplikan singkat kehidupan tragis penyair bohemian Chairil Anwar, yang mulai terjerat oleh ketakutan akan kefanaan hidupnya di tengah salah satu periode yang paling meresahkan dalam sejarah Indonesia.
Chairil yang mengutuk dirinya sendiri sebagai Ahasveros, nama pengembara abadi yang ia kaitkan dalam salah satu syairnya, mulai melakukan pencarian untuk meninggalkan jejak abadi di tengah dunia yang kian berubah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Teroris di Paris, 130 Orang Tewas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. baca dong https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/13/150000265/6-film-pemenang-piala-citra-2021?page=allBagikan Berita Ini
0 Response to "6 Film Pemenang Piala Citra 2021 - Kompas.com - KOMPAS.com"
Posting Komentar