Search

Enam alasan kenapa The Sixth Sense tetap jadi film ikonik sesudah 20 tahun - BBC Indonesia

PERINGATAN: ARTIKEL INI BERISI BOCORAN CERITA DARI BERBAGAI FILM!

Banyak kritikus film beranggapan tahun 1999 adalah tahun vintage buat sinema.

The Sixth Sense, diedarkan perdana di Amerika Serikat di tahun lalu di bulan Agustus, disebut sebagai salah satu film yang membuat penghujung milenium lalu sebagai tahun istimewa dalam sejarah film, bersama dengan film-film lain seperti Being John Malkovich, American Beauty, Fight Club dan The Matrix.

Namun, bisa dibilang film-film lain tak ada yang meninggalkan dialog yang sering sekali dikutip seperti The Sixth Sense: "I see dead people".

Penjualan tiket film ini sangat baik, dan mengangkat lagi genre horor berkat kecohan di ujung ceita film atau twist: terbukanya rahasia bagi penonton bahwa psikolog yang diperankan oleh Bruce Willis di film ini ternyata hantu yang mengikuti anak kecil yang diperankan Haley Joel Osment.

Film ini jadi penentu bagi karir sutradara dan penulis M. Night Shyamalan.

Lahir di India dan besar di Amerika, Shyamalan membangun reputasi dengan film-film supernatural yang berakhiran dengan twist. Namun tak ada yang seikonik The Sixth Sense.

Di Hollywood film ini awalnya tak dianggap...

The Sixth Sense adalah film Shyamalan ketiga dan film-film ia sebelumnya tidak sukses.

David Vogel, eksekutif di Disney Studios membeli naskah film itu dan membolehkan Shyamalan menyutradarinya. Ia dianggap mengambil risiko besar saat itu.

Malahan atasan Vogel menolak keras harga US$2,25 juta (sekitar Rp32 milyar) yang harus dikeluarkan untuk membeli hak film itu. Vogel pun dipecat.

Mengejutkan semua orang di box office

Para eksekutif studio gugup, tapi The Sixth Sense dengan mudah mengembalikan biaya produksi US$40 juta (Rp570 milyar) dengan mencatat keuntungan lebih dari US$670 juta (Rp9.5 trilyun) di seluruh dunia.

The highest-grossing horror movies of all time

Angka ini yang tertinggi kedua di tahun 1999, hanya kalah dari Star Wars: The Phantom Menace.

The Sixth Sense juga memegang rekor film horor berpendapatan tertinggi, sampai kalah di tahun 2017, diambil alih oleh adaptasi novel Stephen King, It.

Akhir film yang terus diingat

Kecohan di akhir cerita sangat sering dipakai dalam film, sudah sejak 1920-an.

Namun M. Night Shyamalan meningkatkan standar dengan menyembunyikan kematian tokoh yang diperankan oleh Bruce Willis dari penonton hingga benar-benar adegan terakhir.

Tentu saja ia meninggalkan beberapa tanda di beberapa adegan yang kemudian bikin para penggemar film gemas ketika menonton ulang film itu.

Bocoran beberapa film lain yang terkenal dengan twist

Psycho (1960): Ibunda Bates sebetulnya adalah Norman, yang memakai baju si ibu.

The Planet of The Apes (1968): Sejak semula para manusia itu memang berada di bumi.

The Wicker Man (1973): Polisi yang melakukan penyelidikan hilangnya anak di pulau terpencil, akhirnya mati sebagai tumbal.

Friday The 13th (1980): Yang melakukan pembunuhan adalah ibunda Jason - setidaknya di awal.

The Empire Strikes Back (1980): Dialog ini: "No, Luke. I AM your father".

The Usual Suspects (1995): Kevin Spacey adalah Kaiser Soyze.

Fight Club (1999): Silakan cari di Google "dissociative identity disorder".

The Others (2001): Para tokoh utama dalam filmlah yang sesungguhnya hantu.

The Sixth Sense selalu dikutip sebagai salah satu film dengan twist terbaik sepanjang masa.

Reaksi terhadap film dari penonton dan media sangat positif, membuat para eksekutif melihat twist cerita sebagai alat penghasil uang. Maka dibuatlah film-film dengan twist.

Namun film-film ini rasanya seperti cuma jadi tiruan gagal dari The Sixth Sense saja, termasuk film-film Shayamalan lain yang mencoba mengulang resep ini.

Bocoran film (spoiler) di masa itu

Internet memang ada di tahun 1999, tetapi belum didominasi media sosial. Kalau The Sixth Sense beredar sekarang, mungkin kita sudah dapat bocorannya di Facebook atau Twitter.

Industri film saat itu juga belum terlalu paranoid soal pembocoran cerita seperti sekarang.

Tentu ada cerita dari mulut ke mulut, dan para wartawan juga sudah tahu lebih dulu. Namun di masa itu orang-orang cukup bisa menahan diri untuk tidak membocorkan akhir film kepada orang yang belum menonton.

Akting yang menawan

The Sixth Sense mendapat enam nominasi Piala Oscar, dua di antaranya untuk akting: Toni Colette dan Haley Joel Osment, yang saat itu berumur sembilan tahun.

Penampilannya yang meyakinkan sebagai anak yang tersiksa oleh kemampuannya melihat hantu menjadi alasan terkuat kenapa penonton teralihkan dari kejutan yang ada di akhir film.

Bruce Willis yang biasanya berperan sebagai tukang kelahi juga mendapat pujian dan berhasil membangkitkan lagi karir aktingnya, yang saat itu masih sangat dipengaruhi perannya di film laga Die Hard.

Ironisnya, peran di The Sixth Sense sebetulnya merupakan bagian dari upaya Disney memberi kompensasi karena membatalkan proyek Broadway Brawler yang sedianya akan disutradarai Willis - yang keburu kehilangan uang akibat pembatalan itu.

The Sixth Sense hingga kini masih merupakan film berpendapatan tertinggi yang pernah dibintangi oleh Bruce Willis.

Menghidupkan kembali genre horor

Film horor di tahun 1999 sedang kehilangan peminat. The Blair Witch Project diedarkan tahun itu dengan promosi yang menipu calon penonton. Film ini kemudian jadi kasus penggunaan media untuk menimbulkan kehebohan sebelum mengedarkan sebuah film.

The Sixth Sense sukses menjalin cerita horor dengan tema-tema lain seperti kehidupan keluarga, kehilangan, perundungan anak dan drama masa pertumbuhan.

Kemampuannya untuk menahan penonton sembari menangkap emosi mereka membuat The Sixth Sense menjadi film ikonik dan masih dipandang hebat bahkan 20 tahun sejak pertama kali diedarkan di seluruh dunia.

Let's block ads! (Why?)

baca dong https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49357557

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Enam alasan kenapa The Sixth Sense tetap jadi film ikonik sesudah 20 tahun - BBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.