JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sukses produksi film KADET 1947, Temata akan memproduksi film Mauli Bulung. Film ini ditargetkan tayang pada Desember 2021 ini.
Film ini merupakan naskah terbaik keluaran program masterclass pengembangan skenario Film dan TV yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia ( Kemenparekraf RI) "SCENE 2020" pada Oktober 2020 lalu.
Direktur Produksi Film dan Serial Temata Studios Rahabi Mandra mengatakan, memilih film Mauli Bulung untuk mengangkat masalah adat- istiadat di kawasan Danau Toba.
Lewat cerita di film Mauli Bulung ini, Kemenparekraf RI berharap bisa mengekspos keindahan Danau Toba.
Baca juga: Kemenparekraf dan APMI Hadirkan Acara Akhir Tahun CMEW
“Hal ini sejalan dengan misi Kemenparekraf untuk menjadikan Danau Toba sebagai salah satu 10 Destinasi baru,” ujar Rahabi seperti dikutip dalam press release yang diterima Kompas.com, Selasa (23/2/2021).
Film ini bercerita tentang sosok laki-laki muda bernama Kevin yang baru saja ditinggalkan nenek tercintanya wafat.
Skenario film ini ditulis penulis asal Medan, Dr. Immanuel Gintings. Sementara, pemeran utama film ini adalah Teuku Rifnu Wikana, yang pernah membintangi Night Bus yang juga digarap Rahabi Mandra sebagai penulis skenario, dan memenangkan enam penghargaan di ajang Festival Film Indonesia 2017.
Menariknya dalam film ini, kepergian neneknya malah dianggap menjadi kematian paling diidam-idamkan dalam tradisi Batak.
Baca juga: Wishnutama Sebut Kemenparekraf Siapkan Protokol untuk Industri Perfilman di Tengah Pandemi Corona
Kematian itu disebut dengan saur matua mauli bulung, yaitu saat sosok tertua yang ada di keluarga meninggal duluan dari anak dan cucunya yang sudah menikah.
Menurut tradisi Batak, kematian ini tidak boleh ditangisi, melainkan harus dirayakan dengan keluarga besar.
Di balik peristiwa ini nantinya akan terungkap berbagai konflik antara Kevin dan keluarganya saat melepaskan kepergian nenek tercinta.
Direktur Industri Kreatif Film, Televisi, dan Animasi Kemenparekraf Syaifullah Agam menjelaskan alasannya berkolaborasi dengan Temata menggarap film Mauli Bulung tersebut untuk merekam jejak Temata dalam memproduksi film.
Baca juga: Pekerja Seni Kena Imbas Wabah Covid-19, Anang Desak Kemenparekraf Buat Terobosan
Visi dan misi rumah Temata menyuarakan kebhinekaan akan menjadi kekuatan dalam film yang diproduksinya nanti.
“Kolaborasi ini kami harapkan dapat menjadi pendorong diproduksinya film dan konten yang mengangkat kearifan lokal Indonesia, lebih banyak lagi,” ungkap Syaifullah.
Menurut Founder dan Chief Executive Officer Temata Studios, Tesadesrada Ryza, banyak nilai-nilai baik dari kearifan lokal yang dikutip melalui cerita-cerita asli daerah di Indonesia yang dapat memberikan inspirasi positif kepada masyarakat luas.
Dengan adanya film tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih mengenal budaya dan adat-istiadat daerah lain. Selain itu, bisa mendorong potensi pariwisata.
Baca juga: Kemenparekraf Sosialisasikan Protokol CHSE untuk Pendakian Gunung
“Inilah yang jadi spirit Temata untuk menuangkan cerita daerah lewat medium audio visual yang dikemas dengan lebih menarik, agar dapat menginspirasi khususnya generasi muda untuk lebih mengenal keragaman budaya yang ada di Indonesia," ungkap dia.
baca dong https://www.kompas.com/hype/read/2021/02/23/200314666/mauli-bulung-film-kolaborasi-kemenparekraf-dan-temata-yang-kisahkan-adat?page=allBagikan Berita Ini
0 Response to "Mauli Bulung, Film Kolaborasi Kemenparekraf dan Temata yang Kisahkan Adat Istiadat Danau Toba Halaman all - KOMPAS.com"
Posting Komentar