Bagi sebagian anak, sains identik dengan hafalan atau hitung-hitungan. Kesannya berat dan susah. Tak jarang sains—yang seharusnya dekat dengan kehidupan sehari-hari—menjadi abstrak.
Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Salatiga, Zulfar (12), mengaku baru paham cara kerja cairan pembersih tangan setelah menonton film dan praktikum. Sebelumnya, ia hanya tahu cairan itu bisa membersihkan tangan, tapi tidak punya bayangan bagaimana cairan tersebut bisa membunuh virus dan kuman.
Saat mengikuti Science Festival secara daring, Zulfar dan teman-teman sekelasnya diajak melakukan praktikum melalui tayangan video. Mereka diminta melumuri jari dengan minyak goreng, lalu membubuhkan lada atau glitter di jari mereka.
Lada atau glitter diibaratkan sebagai virus yang menempel di tangan. Jika Zulfar memegang sesuatu, lada atau glitter akan berpindah dan menempel di barang yang ia sentuh, sama seperti virus.
Saya baru paham setelah praktikum. Sebelumnya, saya tidak tahu cara kerja hand sanitizer, tapi sekarang sudah terbayang.
Zulfar lalu diminta menuangkan lada atau glitter ke wadah berisi air. Jika jari yang bersih dicelupkan ke wadah, lada akan menempel di tangan. Namun, jika jari disemprot cairan pembersih tangan atau sabun sebelumnya, lada atau glitter tidak akan menempel, malah menjauhi jari.
”Saya baru paham setelah praktikum. Sebelumnya, saya tidak tahu cara kerja hand sanitizer, tapi sekarang sudah terbayang,” kata Zulfar saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (16/10/2021).
Baca juga: Festival Film: Sains yang Interesan
Hal serupa dialami siswa kelas VIII SMPN 9 Salatiga, Nasyafa (13). Ia tidak selalu paham teori sains yang dipelajari. Namun, praktikum memberinya visualisasi. Sains menjadi hal nyata, tidak lagi abstrak.
Menurut guru SMPN 9 Salatiga, Tyas, dasar mengajar sains atau IPA adalah menjelaskan penerapan dan pemanfaatan ilmu itu di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah paham karena pelajarannya berhubungan dengan keseharian.
”Terkadang anak-anak berpikir bahwa IPA sulit karena harus menghitung atau menghafal. Jika ingin anak senang belajar IPA, harus banyak dijelaskan bagaimana penerapannya dengan praktikum sederhana, tapi mengena,” ucap Tyas.
Sementara itu, guru SD Negeri 01 Ledok di Salatiga, Habib, mengatakan, praktikum merupakan salah satu cara mengomunikasikan pandemi Covid-19 kepada siswa. Selama ini para guru mengimbau siswa untuk rajin mencuci tangan dan memakai masker. Belum tentu anak punya gambaran akan virus ataupun manfaat cuci tangan.
”Dengan praktikum dan film, anak jadi punya gambaran nyata. Mereka jadi paham bahwa masker harus dipakai dengan benar, saling menegur, serta jadi teliti tentang memakai masker dan mencuci tangan yang benar,” kata Habib.
Baca juga: Film Memudahkan Anak Mencintai Sains dan Lingkungan
Science Film Festival
Praktikum yang dilakukan Nasyafa, Zulfar, dan murid-murid lain merupakan bagian dari Science Film Festival. Festival ini berlangsung secara daring pada 12 Oktober hingga 30 November 2021. Penyelenggara festival, Goethe-Institut, menyasar siswa SD hingga SMA di 52 kabupaten/kota di Indonesia, seperti Jakarta, Toraja, Kendari, Kupang, Tarakan, Pematang Siantar, dan Aceh.
Festival tersebut menayangkan 17 film produksi beberapa negara, yaitu Jerman, Thailand, Belanda, Portugal, Afrika Selatan, dan Brasil. Film tersebut bertema keluarga, ilmu pengetahuan alam, teknologi, kesehatan, dan edutainment (pendidikan-hiburan). Pemilihan film disesuaikan dengan tema festival, yakni kesehatan dan kesejahteraan.
Setelah siswa menonton film bareng secara daring, mereka diajak melakukan praktikum sederhana. Para guru turut mendampingi kegiatan itu.
Baca juga: Film untuk Pendidikan Sains Siswa Sekolah
Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Stefan Dreyer mengatakan, ia tidak terlalu menyukai sains waktu kecil. Ia berharap agar film dan praktikum menjadi media belajar sains yang menyenangkan untuk anak-anak.
”Sains itu sesuatu yang bisa sangat menyenangkan. Ada cara agar sains mudah dipahami dan menghibur,” kata Dreyer, Selasa (12/10/2021).
Ia berharap cara ini menumbuhkan minat anak Indonesia terhadap sains. Dengan ini, mereka diharapkan mampu mengeksplorasi sains dan berinovasi. ”Sebab, kemajuan dan pembangunan tidak bisa berjalan tanpa sains,” katanya.
Menurut Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko, mengajarkan sains saja belum cukup. Kesadaran publik akan sains perlu juga dibangun.
baca dong https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/10/17/film-dan-praktikum-membumikan-sainsBagikan Berita Ini
0 Response to "Film dan Praktikum Membumikan Sains - kompas.id"
Posting Komentar