Sejumlah film pendek dengan judul menggelitik tiba-tiba berseliweran di beranda media sosial, seperti 'tek-tek bengex' kemudian 'Dasar Ontohod'. Siapa sangka film berdurasi sekitar 25 sampai 30 menit di YouTube itu diperankan oleh sebagian anak-anak kampung yang konon dulunya hobi tawuran.
Ya, suasana di Desa Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi kini jauh lebih ramah, setelah baru-baru ini mendeklarasikan diri sebagai Kampung Film berbasis kawasan. Nyaris tidak ada lagi tersisa keseraman tawuran antar kampung yang dulu kerap terjadi di lokasi ini.
"Jadi awalnya kampung film ini berdiri dari kekuatan para saudara-saudara kita yang sebelumnya saya anggap sebagai preman terus mereka meminta saya untuk melatih bagaimana cara pengambilan gambar, kemudian bagaimana soal mengisi suara. Mereka ini mulai tertarik untuk menjadi seorang YouTuber," kata Wilda Topan, deklarator Kampung Film, kepada detikcom, Minggu (16/1/2022).
Wilda Topan sendiri hingga saat ini bekerja sebagai seorang jurnalis di salah satu media televisi dan bertugas di Sukabumi. Namun, kecintaannya akan dunia sinematografi membuat Wilda kemudian memperdalam keilmuannya soal film.
"Lambat laun dengan kemampuan yang saya miliki mereka saya perbaiki bagaimana mereka berkarya, bahkan hal ini menarik perhatian para profesional dari berbagai kalangan sebut saja Daud Radex FIghting Director, Erick Syarkoni kameramen profesional, ada juga kang Iang Darmawan P Project, Speth Yusuf nah praktisi profesional ini yang kemudian mendidik mereka dan memberikan arahan selama ini sekaligus memberikan motivasi," ujar Wilda.
"Hingga akhirnya kalau kata mereka seperti lahir kembali, lawan yang dulunya nih lawan tawuran adu jotos dari lawan beda kampung sekaranf mereka jadi adu akting bersatu membuat The Hitam Black dan melahirkan kaya film 'tek tek bengex' dan akhirnya mereka melejit," ucapnya Wilda.
Dari film-film pendek beberapa episode itulah kemudian penghasilan mengalir, mulai dari endorse hingga iklan. Tentunya hal ini menjadi ladang ekonomi baru bagi para pemuda dan eks preman di kampung itu. Wilda juga membenarkan dulu kawasan itu adalah zona merah tawuran.
"Mulai datang berbagai iklan, hal ini tentu menumbuhkan rasa percaya diri mereka dan menempatkan film menjadi pendapat ekonomi. Salah satu kepercayaan bagi mereka bahwa dari film itu bisa menghantarkan nilai-nilai silaturahmi bisa memberikan pertumbuhan ekonomi dari situlah akhirnya kita, ya sudah kita mendeklarasikan diri menempatkan bahwa kawasan yang dulunya zona merah tawuran dari zona kriminal menjadi zona kreatif menjadi zona positif," katanya Wilda.
Deklarasi Kampung Film dikatakan Wilda adalah sebuah manifest, sebuah keharusan sebagai bentuk legitimasi keberadaan mereka. Dengan harapan, tidak ada lagi citra buruk ke depan yang melekat sebagai zona hobi tawuran yang kini menjadi zona adu akting.
"Akhirnya kita bismillah kemarin melakukan deklarasikan, alhamdulillah di hadiri muspika, bahwa ini bukan hanya kampung film biasa tapi ini berbasis kawasan bagaimana sih kampung film berbasis kawasan itu bisa mendapatkan ekonomi, mendatangkan pariwisata, mendatangkan tata ruang penataan alam yang baik, pengelolaan manajemen alam yang baik, ini semua bukan hanya sekedar main film tapi ada usaha, membangun usaha, UMKM, segala macam itu di tumbuh kembangkan," paparnya.
Wilda menjelaskan selain YouTube, mereka juga sudah mendapat kontrak dari televisi lokal. Selain itu kini mereka persiapan untuk menuju ke layar lebar. "Alhamdulillah dukungan terus mengalir, dari anak kampung kini tinggal menunggu waktu untuk persiapan ke layar lebar," ujar Wilda.
(sya/mso) baca dong https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5900272/mengenal-kampung-film-sukabumi-dulu-adu-jotos-kini-adu-aktingBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Kampung Film Sukabumi, Dulu Adu 'Jotos' Kini Adu Akting - detikNews"
Posting Komentar