Oleh Akhlis Suryapati
JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Di saat 23 perusahaan film Indonesia penerima dana stimulus PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena adanya temuan (sementara) penyelewengan dalam kasus skema promosi film (dua di antaranya dalam kasus skema pra produksi), perusahaan film MD Pictures menorehkan catatan baik dalam industri perfilman di Indonesia; yaitu sukses beruntun film KKN Di Desa Penari, menyusul sukses film Kukira Kau Rumah, sebelumnya lagi film Makmum 2.
Ketiga film itu dieksplorasi oleh MD Pictures tanpa ikut-ikutan menggunakan dana bantuan promosi senilai Rp 1,5 miliar setiap judulnya. Film KKN Di Desa Penari perolehan penonton di bioskop mencapai lebih 7 juta orang. Sekarang banyak orang menyusun teori tentang ‘rahasia, tips, rumus, konsep – dan seterusnya - membuat film sukses’. Ketika banyak yang niru-niru, disebutlah trendsetter. Berikutnya diikuti para cerdik-pandai berdiskusi tentang trend film Indonesia paska pandemi. Di media sosial setiap postingan film disambut emoticon jempol, mantab, pancen oyeee….
Catatan saya begini: Isu sukses film KKN yang menyusul Kukira Kau Rumah dan Makmum2, mendongkrak sentimen melejitnya nilai harga saham MD Pictures hingga Rp 1.390 per-lembar (pada transaksi 20 Mei pukul 15:00) dari harga penutupan sesi sebelumnya senilai Rp 965 per-lembar. Terjadi kenaikan Rp 425 perlembar, dengan nilai transaksi 40,1 miliar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sekadar catatan, IPO (Initial Public Offering) ketika MD Pictures mulai menjual sahamnya ke masyarakat (go-public) tahun 1918, harga sahamnya Rp 210 perlembar.
Manajemen eksplorasi film oleh MD Pictures kiranya perlu juga diperhatikan oleh pengamat, jika kita ingin ngomongin ekosistem perfilman Indonesia yang sepanjang dekade ini membasahi bibir melalui webinar, diskusi, seminar, dan slogan-slogan.
Namun pemetik manfaat eforia perfilman paska pandemi bukan hanya oleh MD Pictures. Jangan lupa, bioskop melalui sukses Spiderman-Man No Way Home (menjelang tahun baru yang lalu) serta film Dr Strange in the Multiverse yang sempat mengusir KKN Di Desa Penari bulan Mei ini, adalah juga pengeruk keuntungan terbanyak dalam proses menuju pulihnya industri perfilman di Indonesia masa pandemi covid-19 melandai.
Tatkala bioskop panen melalui Spiderman-Man No Way Home, dengan perbandingan perolehan penontonnya sekitar 13 juta orang sementara seluruh film Indonesia yang beredar sepanjang masa itu perolehan penontonnya sekitar Rp 2,5 juta orang, saya sempat bergumam – lho kampanye ayo ke bioskop yang digaungkan Menteri Sandiaga Uno untuk film Indonesia atau film impor?
Pemulihan ekonomi yang dimaksud, untuk memulihkan daya ekonomi para emak atau justru menyedot duit mereka untuk sebagian besar diangkut ke luar negeri, mengingat pemilik saham jaringan-jaringan bioskop besar itu adalah Amerika, Korea, Meksiko. Dari sini dikit-dikit kita bisa mikir, pantesan terjadi film KKN Di Desa Penari diturunkan oleh sejumlah bioskop untuk digantikan Dr Strange in the Multiverse, walau peminatnya masih antre.
Sekarang ada pelajaran untuk menghidupkan daya pikir sehat melalu fenomena film KKN – juga film Kukira Kau Rumah dan Makmum2. Film-film ini bukan sepenuhnya ide, gagasan, konsep, dari MD Pictures. Makmum2 itu dibuat oleh Blue Water Films dan Dee Company produsernya Keke Deraj. Film Kau Kira Kau Rumah adalah bikinan Sinemaku Pictures produsernya Prilly Latuconsina. KKN Di Desa Penari dibuat Pichouse Film.
baca dong https://jakarta.suaramerdeka.com/opini/pr-1343432198/kkn-di-sela-pen-subsektor-filmBagikan Berita Ini
0 Response to "KKN di Sela PEN Subsektor Film - Suara Merdeka Jakarta - Suara Merdeka"
Posting Komentar