Film pendek Psycholoner menceritakan karakter yang mengalami gangguan kesehatan mental. Foto/Genflix
Di dalam diri kita, terdapat beberapa pribadi yang aktif atau mengendalikan diri kita pada suatu saat tertentu yang disebut ego state.
Ego stateterbentuk dari pengalaman sepanjang hidup, membuat seseorang bisa memiliki beberapa sifat yang menyatu dalam dirinya. Seseorang bisa saja dianggap penurut oleh orang tuanya, tegas oleh anaknya, lucu oleh teman-temannya, pekerja keras oleh bosnya, dan semua itu normal.
Kita memang membutuhkan sekitar 4-5 “topeng” dalam sehari agar bertahan hidup. Kita tidak bisa menggunakan topeng yang sama saat berhadapan dengan orang tua dan anak kita. Ketika berinteraksi dengan teman, tentu kita memakai topeng yang berbeda dengan saat bersama bos.
Dengan kata lain, berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda membuat kita memakai beberapa topeng setiap hari, dan itulah yang menjadikan kita bisa bertahan. Jika kita terus menyendiri dalam jangka waktu yang cukup lama, maka topeng-topeng itu tidak terpakai.
Foto: Genflix
Akibatnya, kita hanya akan mengalami pertengkaran dengan diri sendiri. Ego state yang satu berkonflik dengan ego state yang lain dalam diri. Tentu ini bukan kondisi yang sehat secara mental karena kemajuan kita dihambat oleh diri sendiri.
Baca Juga: Film Pendek Subaja: Keadilan yang (Tidak) Diharapkan
Apa lagi, jika ego state itu muncul dari trauma akibat ego state yang sudah ada dianggap tidak mampu menyelesaikannya seperti yang dialami oleh Topan (Aldira Topan), tokoh utama dalam film pendek berdurasi 34 menit ini. Topan menderita skizofrenia dan insomnia, sehingga kesulitan membedakan antara fakta dan imajinasi.
Memang tidak mudah menemani seseorang dengan gangguan mental. Hal ini dialami Fira, pacar Topan, sehingga akhirnya hubungan mereka berantakan. Fira sangat sulit memahami Topan karena awam masalah kondisi mental ini.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Film Pendek Psycholoner, Bahayanya Menjadi Penyendiri - GenSINDO"
Posting Komentar